Loading...
Judul : Hubungan Filsafat dengan Ideologi
link : Hubungan Filsafat dengan Ideologi
Hubungan Filsafat dengan Ideologi
Hubungan Filsafat dengan Ideologi
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Filsafat dan ideologi sering kali dianggap hampir serupa, namun sebenarnya hal tersebut tidaklah sama. Hal tersebut dapat terlihat jika kita bahas terlebih dahulu pengertian dari keduanya.
Secara bahasa filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Pada bahasa Yunani kata tersebut merupakan kata majemuk, berasal dari kata philia yang berarti persahabatan atau cinta dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan. Sehingga dapat diartikan seorang pencinta kebijaksanaan. Selain itu, filsafat juga diartikan sebagai berfikir secara mendalam, sistematis, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah, atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Intinya filsafat berupaya menjelaskan inti, hakikat, hikmah, mengenai sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang bersifat lahiriah.
Ideologi merupakan sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tepatnya tahun 1796 yang dikemukakan filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon Bonaparte. Istilah itu berasal dari dua kata bahasa Perancis ideos yang berarti gagasan dan logos yang berarti ilmu. Dengan kata lain, ideologi diartikan sebagai ilmu mengenai suatu gagasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Al Marsudi & Subandi (2001, hlm. 57) yang menyatakan “ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan atau buah pikiran”. Adapun gagasan yang dimaksud adalah gagasan tentang masa depan. Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau impian, sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah, rasional, yang bertolak dari analisis masa kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang diikuti dan dianut sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga ideologi tersebut bersifat menggerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. “Meskipun gagasan seseorang, betapa ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi, apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta diwujudkan, dengan aksi-aksi yang berkesinambungan” (Sarbini, 2005, hlm. 1).
Filsafat dan ideologi memiliki suatu keterkaitan. Sebelum lahirnya sebuah ideologi maka ada filsafat terlebih dahulu. Filsafat berubah menjadi ideologi setelah filsafat tersebut digunakan untuk cita-cita dan dikerjakan atau dipatuhi oleh sekelompok besar manusia. Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai kebenaran yang telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar dan pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. “Hal itu berarti filsafat telah beralih dan menjelma menjadi ideologi” (Kaelan, 2002, hlm. 117).
Filsafat merupakan suatu pemikiran kritis untuk melogikakan sesuatu, sehingga filsafat menjadi akar dari setiap ilmu pengetahuan, sedangkan ideologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang cita-cita. Sudah tentu tanpa adanya filsafat, ideologi tidak akan ada. Setiap ideologi bersumber dari filsafat. Filsafat lahir dari perenungan dan pencarian jati diri sehingga lahirlah cita-cita dan tujuan yang menjadi landasan hidup seseorang atau suatu kelompok sehingga hal tersebut menjadi identitas bagi pemilik ideologi tersebut.
Ideologi merupakan hasil filsafat. Artinya, ideologi adalah output dari struktur pemikiran yang sudah matang, komplit, dan sistesis berupa tawaran-tawaran terhadap aspek-aspek kehidupan yang lebih kompleks.
Untuk lebih memahami hal ini, kita coba bahas mengenai ideologi negara Indonesia, yakni Pancasila. Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentuk ideologi Pancasila. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa secara mendalam yang dituangkan dalam suatu sistem. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan, sehingga Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa.
Kesimpulannya, ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat dan merupakan pelaksanaan sistem filsafat. Atas dasar asas teoritis, maka tidak mungkin suatu bangsa menganut dan melaksanakan sistem ideologi yang tidak bersumber pada filsafat hidup atau filsafat negara mereka sendiri.
Referensi
Al Marsudi & Subandi (2001). Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kaelan (2002). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Sarbini (2005). Islam di Tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan. Yogyakarta: Pilar Media.
Hubungan Filsafat dengan Ideologi
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Filsafat dan ideologi sering kali dianggap hampir serupa, namun sebenarnya hal tersebut tidaklah sama. Hal tersebut dapat terlihat jika kita bahas terlebih dahulu pengertian dari keduanya.
Secara bahasa filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Pada bahasa Yunani kata tersebut merupakan kata majemuk, berasal dari kata philia yang berarti persahabatan atau cinta dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan. Sehingga dapat diartikan seorang pencinta kebijaksanaan. Selain itu, filsafat juga diartikan sebagai berfikir secara mendalam, sistematis, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah, atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Intinya filsafat berupaya menjelaskan inti, hakikat, hikmah, mengenai sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang bersifat lahiriah.
Ideologi merupakan sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tepatnya tahun 1796 yang dikemukakan filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon Bonaparte. Istilah itu berasal dari dua kata bahasa Perancis ideos yang berarti gagasan dan logos yang berarti ilmu. Dengan kata lain, ideologi diartikan sebagai ilmu mengenai suatu gagasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Al Marsudi & Subandi (2001, hlm. 57) yang menyatakan “ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan atau buah pikiran”. Adapun gagasan yang dimaksud adalah gagasan tentang masa depan. Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau impian, sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah, rasional, yang bertolak dari analisis masa kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang diikuti dan dianut sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga ideologi tersebut bersifat menggerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. “Meskipun gagasan seseorang, betapa ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi, apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta diwujudkan, dengan aksi-aksi yang berkesinambungan” (Sarbini, 2005, hlm. 1).
Filsafat dan ideologi memiliki suatu keterkaitan. Sebelum lahirnya sebuah ideologi maka ada filsafat terlebih dahulu. Filsafat berubah menjadi ideologi
Loading...
setelah filsafat tersebut digunakan untuk cita-cita dan dikerjakan atau dipatuhi oleh sekelompok besar manusia. Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai kebenaran yang telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar dan pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. “Hal itu berarti filsafat telah beralih dan menjelma menjadi ideologi” (Kaelan, 2002, hlm. 117).
Filsafat merupakan suatu pemikiran kritis untuk melogikakan sesuatu, sehingga filsafat menjadi akar dari setiap ilmu pengetahuan, sedangkan ideologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang cita-cita. Sudah tentu tanpa adanya filsafat, ideologi tidak akan ada. Setiap ideologi bersumber dari filsafat. Filsafat lahir dari perenungan dan pencarian jati diri sehingga lahirlah cita-cita dan tujuan yang menjadi landasan hidup seseorang atau suatu kelompok sehingga hal tersebut menjadi identitas bagi pemilik ideologi tersebut.
Ideologi merupakan hasil filsafat. Artinya, ideologi adalah output dari struktur pemikiran yang sudah matang, komplit, dan sistesis berupa tawaran-tawaran terhadap aspek-aspek kehidupan yang lebih kompleks.
Untuk lebih memahami hal ini, kita coba bahas mengenai ideologi negara Indonesia, yakni Pancasila. Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentuk ideologi Pancasila. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa secara mendalam yang dituangkan dalam suatu sistem. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan, sehingga Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa.
Kesimpulannya, ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat dan merupakan pelaksanaan sistem filsafat. Atas dasar asas teoritis, maka tidak mungkin suatu bangsa menganut dan melaksanakan sistem ideologi yang tidak bersumber pada filsafat hidup atau filsafat negara mereka sendiri.
Referensi
Al Marsudi & Subandi (2001). Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kaelan (2002). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Sarbini (2005). Islam di Tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan. Yogyakarta: Pilar Media.
Demikianlah Artikel Hubungan Filsafat dengan Ideologi
Sekianlah artikel Hubungan Filsafat dengan Ideologi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Hubungan Filsafat dengan Ideologi dengan alamat link https://gurupintarmengajar.blogspot.com/2017/02/hubungan-filsafat-dengan-ideologi.html
0 Response to "Hubungan Filsafat dengan Ideologi"
Post a Comment