Loading...
Judul : Kecurangan Ahok-Djarot dan Potensi Kerusuhan Rasialis hingga Jatuhnya Rezim Jokowi
link : Kecurangan Ahok-Djarot dan Potensi Kerusuhan Rasialis hingga Jatuhnya Rezim Jokowi
Kecurangan Ahok-Djarot dan Potensi Kerusuhan Rasialis hingga Jatuhnya Rezim Jokowi
hariankosmos.com - RAKYAT sudah terlalu lama diperas, diinjak kepalanya atau membungkuk pada penipuan dari para elit penguasa dan jaringan pemodalnya.
Suksesi politik dari hari ke hari yang selalu menempatkan rakyat menjadi alat produksi kekuasaan, membuat rakyat tidak berdaya berhadapan dengan uang. Uang yang terpaksa diterima, karena rakyat miskin beranggapan tidak ada pilihan lain ketika terpikir kesulitan hidup, tagihan hutang dari rentenir,biaya anak sekolah dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
Sementara situasi kemelaratan yang terjadi ini terpelihara oleh proses politik perebutan kekuasaan di era demokrasi liberal sekarang. Dimana tirani kapital menjadi domain kelompok-kelompok penguasa untuk menyelenggarakan setiap suksesi kekuasaan. Dan rakyat pun semakin hari tidak berdaya karena hak dan kedaulatannya telah dibeli oleh para elit melalui cara penipuan.
Namun, situasi di Jakarta sekarang menjadi telah terjadi perlawanan dari rakyat. Dan situasi ini mempengaruhi situasi nasional.
Tidak seperti biasanya, karena dipicu oleh penistaan agama, maka informasi konspirasi yang biasanya hanya diketahui oleh para elit, saat ini rakyat mampu menyerap.
Beberapa hal konspirasi elit penguasa yang pada akhirnya terserap rakyat banyak seperti ikut campurnya rezim Jokowi pada pilkada DKI untuk memenangkan Ahok-Djarot, rekayasa informasi dari kubu penguasa membuat penguasa seringkali menyebarkan berita hoax, alibi-alibi apologetik dengan membenarkan kesalahan-kesalahan yang dibuat penguasa dan yang paling menggegerkan ruang informasi publik adalah misi penguasaan Cina di Indonesia melalui tangan-tangan taipan dan pintu gerbangnya adalah memenangkan Ahok-Djarot di pilkada DKI dengan segala cara.
Persoalan-persoalan konspirasi tersebut awalnya masih pada level biasa dalam politik Indonesia. Akan tetapi, ketika Ahok melakukan penistaan agama Islam, maka gelombang kekuatan Islam mengikat rasa solidaritas dan membuka pintu perlawanan secara massive dan berskala nasional.
Kekuatan Islam sekarang semakin merakyat dan melekat pada kekuatan rakyat.
Gelombang kekuatan rakyat ini juga telah mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan sistemik negara Indonesia dari proses korupsi saat terjadinya transaksi suksesi kekuasaan pada level hilir sampai terjadinya konspirasi tengik saat terjadinya amandemen konstitusi pada level hulu.
Bahkan rakyat mulai bisa mengeja hak-hak miliknya atas Negara sebagai kedaulatan politiknya. Rakyat telah sadar sebagai pemilik negara, akan tetapi kekuasaannya di maling oleh elit politik, taipan dan kekuatan asing.
Jakarta saat ini berada pada persimpangan jalan perubahan. Yaitu perubahan melalui mekanisme prosedural demokratis atau melalui mekanisme radikal berbentuk people power.
Pilihan-pilihan ini ada pada kita semua. Tentu perubahan menjadi keinginan dan hasrat bersama, dimana rakyat ingin memiliki semuanya. Yaitu memiliki negaranya dengan kesadaran ingin melepaskan cengkraman kekuatan Cina yang menguasai hampir seluruh sumber kehidupan di Indonesia.
Meledaknya gelombang besar rakyat ini akan terjadi jika paslon Ahok-Djarot terbukti melakukan kecurangan dalam pilkada DKI. Dengan pembuktian ini, maka cukup menjadi alasan rakyat untuk melakukan revolusi di Indonesia.
Dari Jakarta bukan lagi persoalan lokal saja, akan tetapi menjadi situasi nasional.
Potensi yang paling mungkin terjadi di Indonesia, jika Ahok-Djarot terbukti curang adalah kerusuhan rasialis dan jatuhnya rezim Jokowi oleh rakyat. [rmol]
Yudi Syamhudi Suyuti
Penulis adalah Ketua Panitia Pembentukan Dewan Nasional (PPDN) sekaligus Ketua Jas Rakyat
Loading...
hariankosmos.com - RAKYAT sudah terlalu lama diperas, diinjak kepalanya atau membungkuk pada penipuan dari para elit penguasa dan jaringan pemodalnya.
Suksesi politik dari hari ke hari yang selalu menempatkan rakyat menjadi alat produksi kekuasaan, membuat rakyat tidak berdaya berhadapan dengan uang. Uang yang terpaksa diterima, karena rakyat miskin beranggapan tidak ada pilihan lain ketika terpikir kesulitan hidup, tagihan hutang dari rentenir,biaya anak sekolah dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
Sementara situasi kemelaratan yang terjadi ini terpelihara oleh proses politik perebutan kekuasaan di era demokrasi liberal sekarang. Dimana tirani kapital menjadi domain kelompok-kelompok penguasa untuk menyelenggarakan setiap suksesi kekuasaan. Dan rakyat pun semakin hari tidak berdaya karena hak dan kedaulatannya telah dibeli oleh para elit melalui cara penipuan.
Namun, situasi di Jakarta sekarang menjadi telah terjadi perlawanan dari rakyat. Dan situasi ini mempengaruhi situasi nasional.
Tidak seperti biasanya, karena dipicu oleh penistaan agama, maka informasi konspirasi yang biasanya hanya diketahui oleh para elit, saat ini rakyat mampu menyerap.
Beberapa hal konspirasi elit penguasa yang pada akhirnya terserap rakyat banyak seperti ikut campurnya rezim Jokowi pada pilkada DKI untuk memenangkan Ahok-Djarot, rekayasa informasi dari kubu penguasa membuat penguasa seringkali menyebarkan berita hoax, alibi-alibi apologetik dengan membenarkan kesalahan-kesalahan yang dibuat penguasa dan yang paling menggegerkan ruang informasi publik adalah misi penguasaan Cina di Indonesia melalui tangan-tangan taipan dan pintu gerbangnya adalah memenangkan Ahok-Djarot di pilkada DKI dengan segala cara.
Persoalan-persoalan konspirasi tersebut awalnya masih pada level biasa dalam politik Indonesia. Akan tetapi, ketika Ahok melakukan penistaan agama Islam, maka gelombang kekuatan Islam mengikat rasa solidaritas dan membuka pintu perlawanan secara massive dan berskala nasional.
Kekuatan Islam sekarang semakin merakyat dan melekat pada kekuatan rakyat.
Gelombang kekuatan rakyat ini juga telah mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan sistemik negara Indonesia dari proses korupsi saat terjadinya transaksi suksesi kekuasaan pada level hilir sampai terjadinya konspirasi tengik saat terjadinya amandemen konstitusi pada level hulu.
Bahkan rakyat mulai bisa mengeja hak-hak miliknya atas Negara sebagai kedaulatan politiknya. Rakyat telah sadar sebagai pemilik negara, akan tetapi kekuasaannya di maling oleh elit politik, taipan dan kekuatan asing.
Jakarta saat ini berada pada persimpangan jalan perubahan. Yaitu perubahan melalui mekanisme prosedural demokratis atau melalui mekanisme radikal berbentuk people power.
Pilihan-pilihan ini ada pada kita semua. Tentu perubahan menjadi keinginan dan hasrat bersama, dimana rakyat ingin memiliki semuanya. Yaitu memiliki negaranya dengan kesadaran ingin melepaskan cengkraman kekuatan Cina yang menguasai hampir seluruh sumber kehidupan di Indonesia.
Meledaknya gelombang besar rakyat ini akan terjadi jika paslon Ahok-Djarot terbukti melakukan kecurangan dalam pilkada DKI. Dengan pembuktian ini, maka cukup menjadi alasan rakyat untuk melakukan revolusi di Indonesia.
Dari Jakarta bukan lagi persoalan lokal saja, akan tetapi menjadi situasi nasional.
Potensi yang paling mungkin terjadi di Indonesia, jika Ahok-Djarot terbukti curang adalah kerusuhan rasialis dan jatuhnya rezim Jokowi oleh rakyat. [rmol]
Yudi Syamhudi Suyuti
Penulis adalah Ketua Panitia Pembentukan Dewan Nasional (PPDN) sekaligus Ketua Jas Rakyat
Demikianlah Artikel Kecurangan Ahok-Djarot dan Potensi Kerusuhan Rasialis hingga Jatuhnya Rezim Jokowi
Sekianlah artikel Kecurangan Ahok-Djarot dan Potensi Kerusuhan Rasialis hingga Jatuhnya Rezim Jokowi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kecurangan Ahok-Djarot dan Potensi Kerusuhan Rasialis hingga Jatuhnya Rezim Jokowi dengan alamat link https://gurupintarmengajar.blogspot.com/2017/03/kecurangan-ahok-djarot-dan-potensi.html
0 Response to "Kecurangan Ahok-Djarot dan Potensi Kerusuhan Rasialis hingga Jatuhnya Rezim Jokowi"
Post a Comment