Loading...
Judul : MAKALAH TENTANG : ALAT INDRA PENDENGARAN
link : MAKALAH TENTANG : ALAT INDRA PENDENGARAN
MAKALAH TENTANG : ALAT INDRA PENDENGARAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan ditelinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membran basilaris terhadap membran tektorium. Sewaktu menggesek membran tektorium sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensi alaksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinap dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensi alaksi dan sinyal disalurkan ke otak.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran merupakan salah satu alat panca indera untuk mendengar, indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti: desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Bahan-bahan yang diuji dengan menggunakan indra pendengaran misalnya adalah keripik dan biskuit.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengenal sensorik dari berbagai rangsangan suara atau pendengaran berbagai jenis kerupuk dan untuk mengetahui cara-cara penentuan mutu bahan pangan berdasarkan indra pendengar (Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango dan Taro).
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian telinga yang sangat peka terhadap adanya bunyi atau suara yaitu gendang telinga. Bagian tersebut sangat tipis namun menjadi bagian pertama atau tercepat dalam merespon getaran bunyi yang datang. Gendang telinga yang sangat tipis tersebut memiliki diameter 10 mm dan berbentuk bulat. Bagian tersebut sangat membantu dalam mendengar suara termasuk dalam mendengar tingkat suara yang dihasilkan dari olahan bahan pangan baik dari makanan maupun minuman (McFarland, 2009).
Telinga yang berfungsi sebagai alat indera pendengar memiliki bagian yang letaknya berbeda-beda yaitu telinga bagian dalam, bagian tengah, dan telinga bagian luar. Dalam setiap bagian telinga, terdapat banyak saraf pendengaran yang nantinya berfungsi untuk menjalankan proses perubahan gelombang bunyi yang masuk ke telinga melalui sensasi pendengaran serta jalur pensarafan melalui koklea dan menuju ke batang otak hingga ke korteks pendengaran. Jadi, ketika bunyi atau suara masuk ke telinga, banyak bagian yang berperan hingga suara tersebut terdengar oleh manusia (Ganong, 1987).
Tekstur dari suatu produk olahan bahan pangan dapat dibedakan tidak hanya dengan menggunakan telinga tetapi juga dapat menggunakan alat yaitu Texture Analyser TA-TX Plus. Fungsi dari alat tersebut antara lain adalah mengukur kekerasan, elastis, kerekatan, daya kenyal dari produk pangan. Alat tersebut menggunakan tekanan yang mengenai produk bahan pangan dan akan terlihat tingkatan teksturnya pada kurva. Penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen (Lim dan Rosli, 2013).
Telinga merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat indera pendengar. Penentuan keras lembutnya suara tergantung pada perbedaan waktu dan arah datangnya suara serta akan terdengar lebih keras pada sisi telinga yang lebih dengan dengan sumber suara. Hal ini juga yang terjadi bila dilakukan uji inderawi pendengaran terhadap tekstur dari suatu makanan. Semakin dekat sumber suara dengan telinga, maka akan terdengar lebih jelas dan jenis makanan dapat dibedakan melalui teksturnya (Ganong, 1995).
Analisa sensori yang dapat dilakukan pada suatu produk bahan pangan yaitu warna, aroma, rasa, dan tekstur. Tekstur dari produk pangan tersebut diperoleh ketika terjadi tekanan yang dirasakan mulut ketika digigit, dikunyah, didengar ataupun perabaan dengan jari. Penilaian tekstur dipengaruhi oleh perbedaan bahan dasar dan perbedaan kepekaan indera setiap panelis yang akhirnya akan mempengaruhi penerimaan produk olahan pangan di masyarakat (Prihatiningrum, 2012).
Ketika mengkonsumsi pangan olahan yang renyah, maka akan terdengar suara atau bunyi dari hasil gigitan produk tersebut. Misalnya ketika memakan keripik, kerupuk, snack, dan produk lainnya maka akan terdengar ke telinga, walaupun lingkungan sekitar cukup ramai dan ribut. Hal ini berpengaruh terhadap kepuasan konsumen atau dapat disebut dengan multisensory. Selain mengkonsumsi makanan yang renyah, suara juga terdengar bila sedang minum misalnya meminum minuman bersoda (Spence, 2015).
Kemampuan mendengar setiap orang berbeda-beda dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, perawatan, dan sensitifitas gendang telinganya. Setiap bagian yang terdapat dalam telinga saling berhubungan sehingga dapat mendengar suara dengan baik. Seperti sensori dari sel-sel penerima rangsangan yang bagian telinga luar dalam kondisi baik, maka dapat meneruskan getaran ke dalam telinga dengan baik dan dipengaruhi oleh posisi kepala karena salah satu sel tersebut menerima informasi dari kepala atau otak (Memmler, 1987).
Tekstur dapat didengar karena terdapat kekerasan dan kerenyahan dari olahan bahan pangan. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yaitu semakin rendah nilai kekerasan, maka semakin renyah produk olahan tersebut karena gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan produk semakin kecil dan mudah untuk didengar. Dan sebaliknya, semakin tinggi nilai kekerasan maka produk semakin kurang renyah dan sulit untuk didengar. Kekerasan dan kerenyahan dari produk tersebut dapat dipengaruhi oleh suhu penggorengan, lama penggorengan, serta dapat ditingkatkan dengan perendaman bahan olahan dalam larutan NaHCO3 (Putranto, dkk., 2013).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan pada hari Selasa, 20 September 2016 pukul 10.00 WIB di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango, dan Taro yang diperoleh dari pasar buah brastagi di jalan Gatot Subroto, Medan.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piring, sendok stainless steel, dan serbet.
Prosedur Percobaan
- Dipersiapkan bahan-bahan yang telah ditentukan.
- Diletakkan masing-masing bahan ke dalam piring.
- Dibagi bahan menjadi dua perlakuan, yaitu bahan tanpa perlakuan apa-apa dan bahan yang ditambahkan dengan air.
- Dilakukan uji indrawi terhadap bahan untuk mengetahui mutu bahan berdasarkan suara yang dihasilkan pada saat diremas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Dengan Indra Pendengaran
- Cheetos : Renyah
Tidak Renyah
- Kerupuk Udang : Renyah
Tidak Renyah
- Lays : Renyah
Tidak Renyah
- Qtela : Renyah
Tidak Renyah
- Tango : Renyah
Tidak Renyah
- Taro : Renyah
Tidak Renyah
Keterangan:
= Benar
= Salah
Pembahasan
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis (getaran) yang disebut suara. Dalam keadaan biasa, getaran dapat mencapai indera pendengaran yaitu telinga melalui udara. Ketika kita mendengar, ternyata ada objek atau benda yang bergetar, misalnya senar gitar yang bergetar ketika dipetik, dan bedug atau drum yang dipukul. Gelombang bunyi yang masuk ke telinga luar akan menggetarkan gendang telinga. Getaran-getaran tersebut diterima oleh syaraf auditorius atau receptor pendengar dan selanjutnya dikirim ke otak.
Pada sistem pendengaran, telinga akan mengubah energi gelombang menjadi impuls saraf yang diterjemahkan oleh otak sebagai suara. Musik, pembicaraan, atau bunyi berisik di lingkungan sekitar dapat didengar karena adanya reseptor sensorik yang merupakan sel-sel rambut, suatu tipe fonoreseptor. Fonoreseptor merupakan reseptor penerima bunyi atau suara yang ada di organ telinga, yang akan menghantarkan impuls ke otak. Sebelum mencapai ke sel-sel rambut ini, gelombang akan diubah oleh beberapa struktur yang ada di telinga.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Reseptor pendengaran atau fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel rambut adalah untuk menerima rangsangan getaran dan mengubahnya menjadi impuls sensorik yang selanjutnya ditransmisikan ke pusat pendengaran. Alat pendengaran manusia berupa telinga.
Terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga luar, bagian-bagiannya adalah daun telinga dan saluran telinga yang dindingnya dapat menghasilkan minyak serumen.
2. Telinga tengah (ruangan timfani) terdiri atas:
a. Gendang telinga/selaput pendengaran (membran timfani).
b. Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas, martil (maleus), landasan (inkus) dan sanggurdi (stapes).
c. Saluran Eustachius, yaitu saluran penghubung antara ruang telinga dengan rongga faring.
3. Telinga dalam (Labyrinth) terdiri atas:
a. Organ pendengaran atau koklea (rumah siput).
Rumah siput berupa saluran spiral terbagi atas 3 daerah, yaitu:
a. Skala vestibuli yang terletak di bagian dorsal
b. Skala media terletak di bagian tengah
c. Skala timfani terletak di bagian ventral
Antara skala yang satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh:
a. Membran vestibularis: memisahkan skala vestibuli-skala media.
b. Membran tektoral memisahkan skala media-skala timfani.
c. Membran basilaris: memisahkan skala timfani-skala vestibuli.
Organ corti terdapat pada skala media, terdiri atas:
a. Sel-sel rambut saraf pendengaran yang terdapat di dalam selaput dasar
b. Membrana tektoralis atau selaput atas. Selaput atas terletak di atas sel-sel rambut, merupakan penerus getaran dari fenestra ovali ke sel-sel rambut lewat cairan limfe yang terdapat pada skala media.
c. Organ keseimbangan: terdiri atas kanalis semi sirkularis (saluran setengah lingkaran), sakulus, dan utrikulus.
Rangsang getaran yang diterima ujung saraf pendengaran diteruskan oleh saraf koklea ke otak. Di dalam koklea terdapat 24.000 alat corti, yang masing-masing mempunyai kepekaan menerima frekuensi tertentu. Kita hanya dapat mendengar suara dari 20 sampai 20.000 Hertz, tetapi ada orang-orang tertentu yang dapat mendengar antara 16 sampai 20.000 Hertz.
Adapun mekanisme transmisi pendengaran adalah suara dari luar dapat sampai pada skala media dengan beberapa cara yaitu :
1. Penghantaran udara yaitu getaran suara luar menggetarkan membran timfani. Kemudian oleh tulang pendengaran akan diteruskan ke fenestra ovali (tingkap oval) dan akan menggetarkan cairan limfe pada koklea. Akibatnya, sel-sel rambut dari organ korti terangsang, menghasilkan impuls dan diteruskan oleh saraf auditorius ke pusat pendengaran di otak.
2. Penghantaran tulang yaitu getaran yang terjadi pada tulang-tulang tubuh kita (misalnya tulang tengkorak) akan menyebabkan bergetarnya cairan limfe pada koklea.
Proses pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi, tingkatan suara biasa 80-90 dB, tingkatan maksimum kegaduhan 130 dB. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan menuju iknus dan stapes melleus yang terkait pada membrane itu, karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler munuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.
Ukuran bunyi yang dapat didengar manusia kurang dari 85 dB dan dapat merusak telinga jika lebih dari 85 dB. Pada ukuran 130 dB akan membuat hancur gendang telinga. Berdasarkan frekuensi pendengarannya, suara dibagi menjadi :
- Infrasound : 0Hz – 20Hz
- Pendengaran manusia : 20Hz – 20KHz
- Ultrasound : 20KHz – 1GHz
- Hypersound : 1GHz – 10THz
Satuan yang digunakan dalam ukuran bunyi adalah decibel (dB). Karena perubahan intensitas suara yang sangat luas yang dideteksi dan dibedakan oleh telinga intensitas suara biasanya dinyatakan sebagai logaritma intensitas sebenarnya. Peningkatan 10 kali energi suara dinamakan 1 bel, dan 1 persepuluh bel dinamakan 1 desibel. 1 desibel menggambarkan peningkatan intensitas sebenarnya sebesar 1.26 kali.
Alasan lain menggunakan system decibel dalam menyatakan perubahan kekerasan suara adalah bahwa dalam batas intensitas suara yang bisa untuk komunikasi, telinga dapat mendeteksi perubahan intensitas suara kira-kira 1 desibel. Frekuensi pendengaran yang dapat didengar oleh orang tua. Orang muda, sebelum proses penuaan terjadi pada telinga, umumnya dinyatakan antara 30-20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batas suara sangat tergantung pada intensitas. Bila intensitas hanya -60 desibel, batas suara hanya 500 sampai 5000 siklus per detik, tetapi bila intensitas suara adalah -20 desibel, batas frekuensi 70 sampai 15000 siklus per detik. Pada orang tua, batas frekuensi turun dari 50 sampai 8000 siklus persetik atau kurang.
Tekstur adalah kualitas kunci dari banyak makanan, seperti kelembutan dari daging, kehalusan dari roti. Hal itu juga termasuk konsistensi, sifat merekat, kerapuhan, kekenyalan, ukuran dan bentuk dari partikel-partikel dalam makanan, seperti tekstur dari buah pir yang berpasir. Produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengaran biasanya berhubungan dengan renyah atau tidaknya suatu bahan. Produk tersebut biasanya kerupuk, keripik, mie instan. Selain itu kelapa, nangka, timun, semangka, dan durian misalnya dapat ditentukan atau dikenal matang atau tidaknya berdasarkan suara yang duhasilkan biala buah tersebut diketok dengan jari.
Adapun macam-macam penginderaan pendengaran yang dapat dinilai meliputi:
- Ketuaan
Tingkat ketuaan dari suatu bahan dapat ditentukan dengan cara mengguncang-guncang bahan tersebut. Misalnya kelapa. Kelapa yang sudah tua bila diguncang-guncang maka akan sedikit terdengar suara air yang berada di dalam. Berbeda dengan kelapa yang masih muda akan terdengar banyak airnya bila dilaukan guncangan pada kelapa tersebut.
- Kekeringan
Biasanya digunakan untuk bahan pangan dengan kadar air yang rendah. Misalnya penentuan mutu biskuit. Biskuit yang memiliki kadar air kurang/lebih dari yang seharusnya tidak kan menghasilkan suara bila dikunyah/dipatahkan. Penentuaan mutu karet juga dapat ditentukan dengan mengukur tingkat kekeringan dari bahan.
- Kematangan
Kematangan dari suatu buah dapat ditentukan dengan cara menokok-nokok atau mengetok bahan tersebut. Misalnya pada durian, timun, semangka, nangka, dan kelapa.
- Kelentingan
Kerupuk atau keripik yang baik dan segar dan juga renyah akan mengeluarkan bunyi bila dipatahkan atau kita kunyah dan sebaliknya, kerupuk atau keripik yang telah lembek, masuk angin, atau menyerap air tidak akan mengeluarkan bunyi bila di kunyah atau dipatahkan.
- Kerenyahan
Kerenyahan biasanya digunakan untuk menentukan mutu dari bahan seperti kerupuk atau keripik dan juga mie instan. Bila bahan pangan tersebut masih bagus, maka bila dikunyah atau diremas akan menghasilkan suara/terdengar suara kres.
Produk-produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengar yaitu:
1. Produk buah-buahan seperti durian ditentukan tingkat kemasakannya dengan cara memukul buah durian dengan gagang pisau maka akan dihasilkan suara yang khas.
2. Produk keripik, kerupuk, mie instan, ataupun wafer ditentukan mutu kerenyahannya yang menandakan produk tersebut masih berkualitas baik.
3. Produk buah-buahan seperti semangka dan melon, dimana untuk menandakan buah tersebut sudah tua dilakukan pengetukan untuk mendengarkan suara dengung dari buah tersebut dan berkaitan juga kelentingan suaranya.
Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan hemiselulosa serta adanya proses gelatinisasi. Kerenyahan pada kerupuk ataupun keripik juga dipengaruhi kandungan air pada kerupuk ataupun keripik selain itu kerenyahan keripik ataupun kerupuk juga diperoleh dalam proses penggorengan.
Kriteria bahan yang diuji dengan indra pendengar pada umumnya adalah jenis produk yang berbentuk padat dan menghasilkan suara (berbunyi saat dikonsumsi). Kriteria yang diuji adalah berupa :
- Kerenyahan, cara pengujiannya dengan cara digigit lalu didengarkan
- Kemudahan patahan, cara pengujiannya dengan cara dipatahkan dan didengarkan.
Mekanisme kerenyahan keripik disebabkan oleh adanya pengembangan keripik saat dilakukan penggorengan, dimana fenomena pengembangan keripik terjadi disebabkan oleh terlepasnya air yang terikat dalam gel pati pada saat penggorengan. Air ini mula-mula menjadi uap akibat meningkatnya suhu serta mendesak pati untuk keluar sehingga terjadi pengosongan yang membentuk kantong-kantong udara pada keripik yang telah digoreng. Kantong-kantong inilah yang menyebabkan keripik menjadi renyah. Oleh sebab itu dibutuhkan klon kentang yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi agar menghasilkan keripik dengan tekstur yang renyah.
Dari hasil pecobaan, didapatkan bahwa bahan yang renyah dan tidak renyah memiliki perbedaan suara. Bahan yang ditambahkan air akan memiliki tekstur yang tidak keras lagi dan akan terdengar tidak renyah saat dipatahkan ataupun dihancurkan. Hal ini sesuai dengan literatur (Lim dan Rosli, 2013), yang menyatakan bahwa penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen.
KESIMPULAN
1. Kerenyahan pada produk disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bahan-bahan kerupuk, proses pengolahan, yang akhirnya diharapkan dapat mengembangkan struktur kerupuk sehingga akan menghasilkan kerenyahan pada kerupuk tersebut.
2. Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, hemiselulosa, adanya proses gelatinisasi dan kandungan air pada produk.
3. Dalam menentukan mutu dari beberapa produk pangan, indera pendengar memegang peranan penting seperti menentuka kerenyahan keripik ataupun kerupuk.
4. Alat yang digunakan sebagai indera pendengar pada proses pengolahan makanan adalah telinga. Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf cranial ke-8 atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam.
5. Kerupuk yang diletakkan di udara terbuka akan menyebabkan kerupuk menjadi kurang renyah. Hal ini disebabkan karena kerupuk bersifat higroskopis artinya mudah meyerap air. Hal ini yang umumnya dikenal dengan sebutan masuk angin atau menandakan kerupuk sudah tidak renyah lagi.
6. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil keripik atau kerupuk yang masih didalam kemasan akan lebih renyah jika dibandingkan dengan kerupuk yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka). Hal ini disebabkan karena dengan kerupuk atau keripik yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah lama diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah sudah menyerap uap air di lingkungan sekitarnya.
7. Dari percobaan yang dilakukan dipoeroleh hasil bahwa telinga mampu mendengar perbedaan antara kerupuk atau kerippik yang masih renyah dan sudah tidak renyah. Hal ini disebabkan karena pada saat telinga menangkap bunyi, telinga akan memproses bunyi tersebut hingga sampai ke otak. Oleh karena itu, praktikan mampu membedakan kerupuk atau keripik yang renyah/tidak renyah.
8. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa setiap jenis kerupuk atau keripik menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, umumnya praktikan tetap dapat membedakan kerupuk atau keripik yang masih renyah atau tidak renyah.
DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan ditelinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membran basilaris terhadap membran tektorium. Sewaktu menggesek membran tektorium sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensi alaksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinap dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensi alaksi dan sinyal disalurkan ke otak.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran merupakan salah satu alat panca indera untuk mendengar, indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti: desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Bahan-bahan yang diuji dengan menggunakan indra pendengaran misalnya adalah keripik dan biskuit.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengenal sensorik dari berbagai rangsangan suara atau pendengaran berbagai jenis kerupuk dan untuk mengetahui cara-cara penentuan mutu bahan pangan berdasarkan indra pendengar (Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango dan Taro).
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian telinga yang sangat peka terhadap adanya bunyi atau suara yaitu gendang telinga. Bagian tersebut sangat tipis namun menjadi bagian pertama atau tercepat dalam merespon getaran bunyi yang datang. Gendang telinga yang sangat tipis tersebut memiliki diameter 10 mm dan berbentuk bulat. Bagian tersebut sangat membantu dalam mendengar suara termasuk dalam mendengar tingkat suara yang dihasilkan dari olahan bahan pangan baik dari makanan maupun minuman (McFarland, 2009).
Telinga yang berfungsi sebagai alat indera pendengar memiliki bagian yang letaknya berbeda-beda yaitu telinga bagian dalam, bagian tengah, dan telinga bagian luar. Dalam setiap bagian telinga, terdapat banyak saraf pendengaran yang nantinya berfungsi untuk menjalankan proses perubahan gelombang bunyi yang masuk ke telinga melalui sensasi pendengaran serta jalur pensarafan melalui koklea dan menuju ke batang otak hingga ke korteks pendengaran. Jadi, ketika bunyi atau suara masuk ke telinga, banyak bagian yang berperan hingga suara tersebut terdengar oleh manusia (Ganong, 1987).
Tekstur dari suatu produk olahan bahan pangan dapat dibedakan tidak hanya dengan menggunakan telinga tetapi juga dapat menggunakan alat yaitu Texture Analyser TA-TX Plus. Fungsi dari alat tersebut antara lain adalah mengukur kekerasan, elastis, kerekatan, daya kenyal dari produk pangan. Alat tersebut menggunakan tekanan yang mengenai produk bahan pangan dan akan terlihat tingkatan teksturnya pada kurva. Penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen (Lim dan Rosli, 2013).
Telinga merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat indera pendengar. Penentuan keras lembutnya suara tergantung pada perbedaan waktu dan arah datangnya suara serta akan terdengar lebih keras pada sisi telinga yang lebih dengan dengan sumber suara. Hal ini juga yang terjadi bila dilakukan uji inderawi pendengaran terhadap tekstur dari suatu makanan. Semakin dekat sumber suara dengan telinga, maka akan terdengar lebih jelas dan jenis makanan dapat dibedakan melalui teksturnya (Ganong, 1995).
Analisa sensori yang dapat dilakukan pada suatu produk bahan pangan yaitu warna, aroma, rasa, dan tekstur. Tekstur dari produk pangan tersebut diperoleh ketika terjadi tekanan yang dirasakan mulut ketika digigit, dikunyah, didengar ataupun perabaan dengan jari. Penilaian tekstur dipengaruhi oleh perbedaan bahan dasar dan perbedaan kepekaan indera setiap panelis yang akhirnya akan mempengaruhi penerimaan produk olahan pangan di masyarakat (Prihatiningrum, 2012).
Ketika mengkonsumsi pangan olahan yang renyah, maka akan terdengar suara atau bunyi dari hasil gigitan produk tersebut. Misalnya ketika memakan keripik, kerupuk, snack, dan produk lainnya maka akan terdengar ke telinga, walaupun lingkungan sekitar cukup ramai dan ribut. Hal ini berpengaruh terhadap kepuasan konsumen atau dapat disebut dengan multisensory. Selain mengkonsumsi makanan yang renyah, suara juga terdengar bila sedang minum misalnya meminum minuman bersoda (Spence, 2015).
Kemampuan mendengar setiap orang berbeda-beda dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, perawatan, dan sensitifitas gendang telinganya. Setiap bagian yang terdapat dalam telinga saling berhubungan sehingga dapat mendengar suara dengan baik. Seperti sensori dari sel-sel penerima rangsangan yang bagian telinga luar dalam kondisi baik, maka dapat meneruskan getaran ke dalam telinga dengan baik dan dipengaruhi oleh posisi kepala karena salah satu sel tersebut menerima informasi dari kepala atau otak (Memmler, 1987).
Tekstur dapat didengar karena terdapat kekerasan dan kerenyahan dari olahan bahan pangan. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yaitu semakin rendah nilai kekerasan, maka semakin renyah produk olahan tersebut karena gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan produk semakin kecil dan mudah untuk didengar. Dan sebaliknya, semakin tinggi nilai kekerasan maka produk semakin kurang renyah dan sulit untuk didengar. Kekerasan dan kerenyahan dari produk tersebut dapat dipengaruhi oleh suhu penggorengan, lama penggorengan, serta dapat ditingkatkan dengan perendaman bahan olahan dalam larutan NaHCO3 (Putranto, dkk., 2013).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan pada hari Selasa, 20 September 2016 pukul 10.00 WIB di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango, dan Taro yang diperoleh dari pasar buah brastagi di jalan Gatot Subroto, Medan.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piring, sendok stainless steel, dan serbet.
Prosedur Percobaan
- Dipersiapkan bahan-bahan yang telah ditentukan.
- Diletakkan masing-masing bahan ke dalam piring.
- Dibagi bahan menjadi dua perlakuan, yaitu bahan tanpa perlakuan apa-apa dan bahan yang ditambahkan dengan air.
- Dilakukan uji indrawi terhadap bahan untuk mengetahui mutu bahan berdasarkan suara yang dihasilkan pada saat diremas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Dengan Indra Pendengaran
- Cheetos : Renyah
Tidak Renyah
- Kerupuk Udang : Renyah
Tidak Renyah
- Lays : Renyah
Tidak Renyah
- Qtela : Renyah
Tidak Renyah
- Tango : Renyah
Tidak Renyah
- Taro : Renyah
Tidak Renyah
Keterangan:
= Benar
= Salah
Pembahasan
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis (getaran) yang disebut suara. Dalam keadaan biasa, getaran dapat mencapai indera pendengaran yaitu telinga melalui udara. Ketika kita mendengar, ternyata ada objek atau benda yang bergetar, misalnya senar gitar yang bergetar ketika dipetik, dan bedug atau drum yang dipukul. Gelombang bunyi yang masuk ke telinga luar akan menggetarkan gendang telinga. Getaran-getaran tersebut diterima oleh syaraf auditorius atau receptor pendengar dan selanjutnya dikirim ke otak.
Pada sistem pendengaran, telinga akan mengubah energi gelombang menjadi impuls saraf yang diterjemahkan oleh otak sebagai suara. Musik, pembicaraan, atau bunyi berisik di lingkungan sekitar dapat didengar karena adanya reseptor sensorik yang merupakan sel-sel rambut, suatu tipe fonoreseptor. Fonoreseptor merupakan reseptor penerima bunyi atau suara yang ada di organ telinga, yang akan menghantarkan impuls ke otak. Sebelum mencapai ke sel-sel rambut ini, gelombang akan diubah oleh beberapa struktur yang ada di telinga.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Reseptor pendengaran atau fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel rambut adalah untuk menerima rangsangan getaran dan mengubahnya menjadi impuls sensorik yang selanjutnya ditransmisikan ke pusat pendengaran. Alat pendengaran manusia berupa telinga.
Terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga luar, bagian-bagiannya adalah daun telinga dan saluran telinga yang dindingnya dapat menghasilkan minyak serumen.
2. Telinga tengah (ruangan timfani) terdiri atas:
a. Gendang telinga/selaput pendengaran (membran timfani).
b. Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas, martil (maleus), landasan (inkus) dan sanggurdi (stapes).
c. Saluran Eustachius, yaitu saluran penghubung antara ruang telinga dengan rongga faring.
3. Telinga dalam (Labyrinth) terdiri atas:
a. Organ pendengaran atau koklea (rumah siput).
Rumah siput berupa saluran spiral terbagi atas 3 daerah, yaitu:
a. Skala vestibuli yang terletak di bagian dorsal
b. Skala media terletak di bagian tengah
c. Skala timfani terletak di bagian ventral
Antara skala yang satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh:
a. Membran vestibularis: memisahkan skala vestibuli-skala media.
b. Membran tektoral memisahkan skala media-skala timfani.
c. Membran basilaris: memisahkan skala timfani-skala vestibuli.
Organ corti terdapat pada skala media, terdiri atas:
a. Sel-sel rambut saraf pendengaran yang terdapat di dalam selaput dasar
b. Membrana tektoralis atau selaput atas. Selaput atas terletak di atas sel-sel rambut, merupakan penerus getaran dari fenestra ovali ke sel-sel rambut lewat cairan limfe yang terdapat pada skala media.
c. Organ keseimbangan: terdiri atas kanalis semi sirkularis (saluran setengah lingkaran), sakulus, dan utrikulus.
Rangsang getaran yang diterima ujung saraf pendengaran diteruskan oleh saraf koklea ke otak. Di dalam koklea terdapat 24.000 alat corti, yang masing-masing mempunyai kepekaan menerima frekuensi tertentu. Kita hanya dapat mendengar suara dari 20 sampai 20.000 Hertz, tetapi ada orang-orang tertentu yang dapat mendengar antara 16 sampai 20.000 Hertz.
Adapun mekanisme transmisi pendengaran adalah suara dari luar dapat sampai pada skala media dengan beberapa cara yaitu :
1. Penghantaran udara yaitu getaran suara luar menggetarkan membran timfani. Kemudian oleh tulang pendengaran akan diteruskan ke fenestra ovali (tingkap oval) dan akan menggetarkan cairan limfe pada koklea. Akibatnya, sel-sel rambut dari organ korti terangsang, menghasilkan impuls dan diteruskan oleh saraf auditorius ke pusat pendengaran di otak.
2. Penghantaran tulang yaitu getaran yang terjadi pada tulang-tulang tubuh kita (misalnya tulang tengkorak) akan menyebabkan bergetarnya cairan limfe pada koklea.
Proses pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi, tingkatan suara biasa 80-90 dB, tingkatan maksimum kegaduhan 130 dB. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan menuju iknus dan stapes melleus yang terkait pada membrane itu, karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler munuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.
Ukuran bunyi yang dapat didengar manusia kurang dari 85 dB dan dapat merusak telinga jika lebih dari 85 dB. Pada ukuran 130 dB akan membuat hancur gendang telinga. Berdasarkan frekuensi pendengarannya, suara dibagi menjadi :
- Infrasound : 0Hz – 20Hz
- Pendengaran manusia : 20Hz – 20KHz
- Ultrasound : 20KHz – 1GHz
- Hypersound : 1GHz – 10THz
Satuan yang digunakan dalam ukuran bunyi adalah decibel (dB). Karena perubahan intensitas suara yang sangat luas yang dideteksi dan dibedakan oleh telinga intensitas suara biasanya dinyatakan sebagai logaritma intensitas sebenarnya. Peningkatan 10 kali energi suara dinamakan 1 bel, dan 1 persepuluh bel dinamakan 1 desibel. 1 desibel menggambarkan peningkatan intensitas sebenarnya sebesar 1.26 kali.
Alasan lain menggunakan system decibel dalam menyatakan perubahan kekerasan suara adalah bahwa dalam batas intensitas suara yang bisa untuk komunikasi, telinga dapat mendeteksi perubahan intensitas suara kira-kira 1 desibel. Frekuensi pendengaran yang dapat didengar oleh orang tua. Orang muda, sebelum proses penuaan terjadi pada telinga, umumnya dinyatakan antara 30-20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batas suara sangat tergantung pada intensitas. Bila intensitas hanya -60 desibel, batas suara hanya 500 sampai 5000 siklus per detik, tetapi bila intensitas suara adalah -20 desibel, batas frekuensi 70 sampai 15000 siklus per detik. Pada orang tua, batas frekuensi turun dari 50 sampai 8000 siklus persetik atau kurang.
Tekstur adalah kualitas kunci dari banyak makanan, seperti kelembutan dari daging, kehalusan dari roti. Hal itu juga termasuk konsistensi, sifat merekat, kerapuhan, kekenyalan, ukuran dan bentuk dari partikel-partikel dalam makanan, seperti tekstur dari buah pir yang berpasir. Produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengaran biasanya berhubungan dengan renyah atau tidaknya suatu bahan. Produk tersebut biasanya kerupuk, keripik, mie instan. Selain itu kelapa, nangka, timun, semangka, dan durian misalnya dapat ditentukan atau dikenal matang atau tidaknya berdasarkan suara yang duhasilkan biala buah tersebut diketok dengan jari.
Adapun macam-macam penginderaan pendengaran yang dapat dinilai meliputi:
- Ketuaan
Tingkat ketuaan dari suatu bahan dapat ditentukan dengan cara mengguncang-guncang bahan tersebut. Misalnya kelapa. Kelapa yang sudah tua bila diguncang-guncang maka akan sedikit terdengar suara air yang berada di dalam. Berbeda dengan kelapa yang masih muda akan terdengar banyak airnya bila dilaukan guncangan pada kelapa tersebut.
- Kekeringan
Biasanya digunakan untuk bahan pangan dengan kadar air yang rendah. Misalnya penentuan mutu biskuit. Biskuit yang memiliki kadar air kurang/lebih dari yang seharusnya tidak kan menghasilkan suara bila dikunyah/dipatahkan. Penentuaan mutu karet juga dapat ditentukan dengan mengukur tingkat kekeringan dari bahan.
- Kematangan
Kematangan dari suatu buah dapat ditentukan dengan cara menokok-nokok atau mengetok bahan tersebut. Misalnya pada durian, timun, semangka, nangka, dan kelapa.
- Kelentingan
Kerupuk atau keripik yang baik dan segar dan juga renyah akan mengeluarkan bunyi bila dipatahkan atau kita kunyah dan sebaliknya, kerupuk atau keripik yang telah lembek, masuk angin, atau menyerap air tidak akan mengeluarkan bunyi bila di kunyah atau dipatahkan.
- Kerenyahan
Kerenyahan biasanya digunakan untuk menentukan mutu dari bahan seperti kerupuk atau keripik dan juga mie instan. Bila bahan pangan tersebut masih bagus, maka bila dikunyah atau diremas akan menghasilkan suara/terdengar suara kres.
Produk-produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengar yaitu:
1. Produk buah-buahan seperti durian ditentukan tingkat kemasakannya dengan cara memukul buah durian dengan gagang pisau maka akan dihasilkan suara yang khas.
2. Produk keripik, kerupuk, mie instan, ataupun wafer ditentukan mutu kerenyahannya yang menandakan produk tersebut masih berkualitas baik.
3. Produk buah-buahan seperti semangka dan melon, dimana untuk menandakan buah tersebut sudah tua dilakukan pengetukan untuk mendengarkan suara dengung dari buah tersebut dan berkaitan juga kelentingan suaranya.
Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan hemiselulosa serta adanya proses gelatinisasi. Kerenyahan pada kerupuk ataupun keripik juga dipengaruhi kandungan air pada kerupuk ataupun keripik selain itu kerenyahan keripik ataupun kerupuk juga diperoleh dalam proses penggorengan.
Kriteria bahan yang diuji dengan indra pendengar pada umumnya adalah jenis produk yang berbentuk padat dan menghasilkan suara (berbunyi saat dikonsumsi). Kriteria yang diuji adalah berupa :
- Kerenyahan, cara pengujiannya dengan cara digigit lalu didengarkan
- Kemudahan patahan, cara pengujiannya dengan cara dipatahkan dan didengarkan.
Mekanisme kerenyahan keripik disebabkan oleh adanya pengembangan keripik saat dilakukan penggorengan, dimana fenomena pengembangan keripik terjadi disebabkan oleh terlepasnya air yang terikat dalam gel pati pada saat penggorengan. Air ini mula-mula menjadi uap akibat meningkatnya suhu serta mendesak pati untuk keluar sehingga terjadi pengosongan yang membentuk kantong-kantong udara pada keripik yang telah digoreng. Kantong-kantong inilah yang menyebabkan keripik menjadi renyah. Oleh sebab itu dibutuhkan klon kentang yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi agar menghasilkan keripik dengan tekstur yang renyah.
Dari hasil pecobaan, didapatkan bahwa bahan yang renyah dan tidak renyah memiliki perbedaan suara. Bahan yang ditambahkan air akan memiliki tekstur yang tidak keras lagi dan akan terdengar tidak renyah saat dipatahkan ataupun dihancurkan. Hal ini sesuai dengan literatur (Lim dan Rosli, 2013), yang menyatakan bahwa penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen.
KESIMPULAN
1. Kerenyahan pada produk disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bahan-bahan kerupuk, proses pengolahan, yang akhirnya diharapkan dapat mengembangkan struktur kerupuk sehingga akan menghasilkan kerenyahan pada kerupuk tersebut.
2. Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, hemiselulosa, adanya proses gelatinisasi dan kandungan air pada produk.
3. Dalam menentukan mutu dari beberapa produk pangan, indera pendengar memegang peranan penting seperti menentuka kerenyahan keripik ataupun kerupuk.
4. Alat yang digunakan sebagai indera pendengar pada proses pengolahan makanan adalah telinga. Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf cranial ke-8 atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam.
5. Kerupuk yang diletakkan di udara terbuka akan menyebabkan kerupuk menjadi kurang renyah. Hal ini disebabkan karena kerupuk bersifat higroskopis artinya mudah meyerap air. Hal ini yang umumnya dikenal dengan sebutan masuk angin atau menandakan kerupuk sudah tidak renyah lagi.
6. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil keripik atau kerupuk yang masih didalam kemasan akan lebih renyah jika dibandingkan dengan kerupuk yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka). Hal ini disebabkan karena dengan kerupuk atau keripik yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah lama diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah sudah menyerap uap air di lingkungan sekitarnya.
7. Dari percobaan yang dilakukan dipoeroleh hasil bahwa telinga mampu mendengar perbedaan antara kerupuk atau kerippik yang masih renyah dan sudah tidak renyah. Hal ini disebabkan karena pada saat telinga menangkap bunyi, telinga akan memproses bunyi tersebut hingga sampai ke otak. Oleh karena itu, praktikan mampu membedakan kerupuk atau keripik yang renyah/tidak renyah.
8. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa setiap jenis kerupuk atau keripik menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, umumnya praktikan tetap dapat membedakan kerupuk atau keripik yang masih renyah atau tidak renyah.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F. 1987. Penuntun Belajar Fisiologi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ganong, W. F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lim, J. Y. dan W. W. L. Rosli. 2013. The ability of Zea mays ear (young corn) powder in enchancing nutritional composition and changing textural properties and sensory acceptebility of yeast bread. International Food Research Journal. 20(2) : 799-804.
McFarland, D. H. 2009. Netter’s Atlas of Anatomy for Speech, Swallowing, and Hearing. Mosby Elsevier, Canada.
Memmler, R. L. 1987. The Human Body in Health and Disease. Lippincott Company, New York.
Prihatiningrum. 2012. Pengaruh komposit tepung kimpul dan tepung terigu terhadap kualitas cookies semprit. Food Science and Culinary Education Journal. 1(1) : 1-7.
Putranto, A. W., B. D. Argo, dan N. Komar. 2013. Pengaruh perendaman natrium bikarbonat (NaHCO3) dan suhu penggorengan terhadap nilai kekerasan keripik kimpul (Xanthosoma sagittifolium). Jurnal Teknologi Pertanian. 14(2) : 105-114.
Spence, C. 2015. Eating with our ears: assessing the importance of the sounds of consumption on our perception and enjoyment of multisensory flavor experiences. Flavour Journal. 4(3) : 1-14.
Loading...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan ditelinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membran basilaris terhadap membran tektorium. Sewaktu menggesek membran tektorium sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensi alaksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinap dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensi alaksi dan sinyal disalurkan ke otak.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran merupakan salah satu alat panca indera untuk mendengar, indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti: desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Bahan-bahan yang diuji dengan menggunakan indra pendengaran misalnya adalah keripik dan biskuit.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengenal sensorik dari berbagai rangsangan suara atau pendengaran berbagai jenis kerupuk dan untuk mengetahui cara-cara penentuan mutu bahan pangan berdasarkan indra pendengar (Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango dan Taro).
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian telinga yang sangat peka terhadap adanya bunyi atau suara yaitu gendang telinga. Bagian tersebut sangat tipis namun menjadi bagian pertama atau tercepat dalam merespon getaran bunyi yang datang. Gendang telinga yang sangat tipis tersebut memiliki diameter 10 mm dan berbentuk bulat. Bagian tersebut sangat membantu dalam mendengar suara termasuk dalam mendengar tingkat suara yang dihasilkan dari olahan bahan pangan baik dari makanan maupun minuman (McFarland, 2009).
Telinga yang berfungsi sebagai alat indera pendengar memiliki bagian yang letaknya berbeda-beda yaitu telinga bagian dalam, bagian tengah, dan telinga bagian luar. Dalam setiap bagian telinga, terdapat banyak saraf pendengaran yang nantinya berfungsi untuk menjalankan proses perubahan gelombang bunyi yang masuk ke telinga melalui sensasi pendengaran serta jalur pensarafan melalui koklea dan menuju ke batang otak hingga ke korteks pendengaran. Jadi, ketika bunyi atau suara masuk ke telinga, banyak bagian yang berperan hingga suara tersebut terdengar oleh manusia (Ganong, 1987).
Tekstur dari suatu produk olahan bahan pangan dapat dibedakan tidak hanya dengan menggunakan telinga tetapi juga dapat menggunakan alat yaitu Texture Analyser TA-TX Plus. Fungsi dari alat tersebut antara lain adalah mengukur kekerasan, elastis, kerekatan, daya kenyal dari produk pangan. Alat tersebut menggunakan tekanan yang mengenai produk bahan pangan dan akan terlihat tingkatan teksturnya pada kurva. Penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen (Lim dan Rosli, 2013).
Telinga merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat indera pendengar. Penentuan keras lembutnya suara tergantung pada perbedaan waktu dan arah datangnya suara serta akan terdengar lebih keras pada sisi telinga yang lebih dengan dengan sumber suara. Hal ini juga yang terjadi bila dilakukan uji inderawi pendengaran terhadap tekstur dari suatu makanan. Semakin dekat sumber suara dengan telinga, maka akan terdengar lebih jelas dan jenis makanan dapat dibedakan melalui teksturnya (Ganong, 1995).
Analisa sensori yang dapat dilakukan pada suatu produk bahan pangan yaitu warna, aroma, rasa, dan tekstur. Tekstur dari produk pangan tersebut diperoleh ketika terjadi tekanan yang dirasakan mulut ketika digigit, dikunyah, didengar ataupun perabaan dengan jari. Penilaian tekstur dipengaruhi oleh perbedaan bahan dasar dan perbedaan kepekaan indera setiap panelis yang akhirnya akan mempengaruhi penerimaan produk olahan pangan di masyarakat (Prihatiningrum, 2012).
Ketika mengkonsumsi pangan olahan yang renyah, maka akan terdengar suara atau bunyi dari hasil gigitan produk tersebut. Misalnya ketika memakan keripik, kerupuk, snack, dan produk lainnya maka akan terdengar ke telinga, walaupun lingkungan sekitar cukup ramai dan ribut. Hal ini berpengaruh terhadap kepuasan konsumen atau dapat disebut dengan multisensory. Selain mengkonsumsi makanan yang renyah, suara juga terdengar bila sedang minum misalnya meminum minuman bersoda (Spence, 2015).
Kemampuan mendengar setiap orang berbeda-beda dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, perawatan, dan sensitifitas gendang telinganya. Setiap bagian yang terdapat dalam telinga saling berhubungan sehingga dapat mendengar suara dengan baik. Seperti sensori dari sel-sel penerima rangsangan yang bagian telinga luar dalam kondisi baik, maka dapat meneruskan getaran ke dalam telinga dengan baik dan dipengaruhi oleh posisi kepala karena salah satu sel tersebut menerima informasi dari kepala atau otak (Memmler, 1987).
Tekstur dapat didengar karena terdapat kekerasan dan kerenyahan dari olahan bahan pangan. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yaitu semakin rendah nilai kekerasan, maka semakin renyah produk olahan tersebut karena gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan produk semakin kecil dan mudah untuk didengar. Dan sebaliknya, semakin tinggi nilai kekerasan maka produk semakin kurang renyah dan sulit untuk didengar. Kekerasan dan kerenyahan dari produk tersebut dapat dipengaruhi oleh suhu penggorengan, lama penggorengan, serta dapat ditingkatkan dengan perendaman bahan olahan dalam larutan NaHCO3 (Putranto, dkk., 2013).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan pada hari Selasa, 20 September 2016 pukul 10.00 WIB di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango, dan Taro yang diperoleh dari pasar buah brastagi di jalan Gatot Subroto, Medan.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piring, sendok stainless steel, dan serbet.
Prosedur Percobaan
- Dipersiapkan bahan-bahan yang telah ditentukan.
- Diletakkan masing-masing bahan ke dalam piring.
- Dibagi bahan menjadi dua perlakuan, yaitu bahan tanpa perlakuan apa-apa dan bahan yang ditambahkan dengan air.
- Dilakukan uji indrawi terhadap bahan untuk mengetahui mutu bahan berdasarkan suara yang dihasilkan pada saat diremas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Dengan Indra Pendengaran
- Cheetos : Renyah
Tidak Renyah
- Kerupuk Udang : Renyah
Tidak Renyah
- Lays : Renyah
Tidak Renyah
- Qtela : Renyah
Tidak Renyah
- Tango : Renyah
Tidak Renyah
- Taro : Renyah
Tidak Renyah
Keterangan:
= Benar
= Salah
Pembahasan
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis (getaran) yang disebut suara. Dalam keadaan biasa, getaran dapat mencapai indera pendengaran yaitu telinga melalui udara. Ketika kita mendengar, ternyata ada objek atau benda yang bergetar, misalnya senar gitar yang bergetar ketika dipetik, dan bedug atau drum yang dipukul. Gelombang bunyi yang masuk ke telinga luar akan menggetarkan gendang telinga. Getaran-getaran tersebut diterima oleh syaraf auditorius atau receptor pendengar dan selanjutnya dikirim ke otak.
Pada sistem pendengaran, telinga akan mengubah energi gelombang menjadi impuls saraf yang diterjemahkan oleh otak sebagai suara. Musik, pembicaraan, atau bunyi berisik di lingkungan sekitar dapat didengar karena adanya reseptor sensorik yang merupakan sel-sel rambut, suatu tipe fonoreseptor. Fonoreseptor merupakan reseptor penerima bunyi atau suara yang ada di organ telinga, yang akan menghantarkan impuls ke otak. Sebelum mencapai ke sel-sel rambut ini, gelombang akan diubah oleh beberapa struktur yang ada di telinga.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Reseptor pendengaran atau fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel rambut adalah untuk menerima rangsangan getaran dan mengubahnya menjadi impuls sensorik yang selanjutnya ditransmisikan ke pusat pendengaran. Alat pendengaran manusia berupa telinga.
Terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga luar, bagian-bagiannya adalah daun telinga dan saluran telinga yang dindingnya dapat menghasilkan minyak serumen.
2. Telinga tengah (ruangan timfani) terdiri atas:
a. Gendang telinga/selaput pendengaran (membran timfani).
b. Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas, martil (maleus), landasan (inkus) dan sanggurdi (stapes).
c. Saluran Eustachius, yaitu saluran penghubung antara ruang telinga dengan rongga faring.
3. Telinga dalam (Labyrinth) terdiri atas:
a. Organ pendengaran atau koklea (rumah siput).
Rumah siput berupa saluran spiral terbagi atas 3 daerah, yaitu:
a. Skala vestibuli yang terletak di bagian dorsal
b. Skala media terletak di bagian tengah
c. Skala timfani terletak di bagian ventral
Antara skala yang satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh:
a. Membran vestibularis: memisahkan skala vestibuli-skala media.
b. Membran tektoral memisahkan skala media-skala timfani.
c. Membran basilaris: memisahkan skala timfani-skala vestibuli.
Organ corti terdapat pada skala media, terdiri atas:
a. Sel-sel rambut saraf pendengaran yang terdapat di dalam selaput dasar
b. Membrana tektoralis atau selaput atas. Selaput atas terletak di atas sel-sel rambut, merupakan penerus getaran dari fenestra ovali ke sel-sel rambut lewat cairan limfe yang terdapat pada skala media.
c. Organ keseimbangan: terdiri atas kanalis semi sirkularis (saluran setengah lingkaran), sakulus, dan utrikulus.
Rangsang getaran yang diterima ujung saraf pendengaran diteruskan oleh saraf koklea ke otak. Di dalam koklea terdapat 24.000 alat corti, yang masing-masing mempunyai kepekaan menerima frekuensi tertentu. Kita hanya dapat mendengar suara dari 20 sampai 20.000 Hertz, tetapi ada orang-orang tertentu yang dapat mendengar antara 16 sampai 20.000 Hertz.
Adapun mekanisme transmisi pendengaran adalah suara dari luar dapat sampai pada skala media dengan beberapa cara yaitu :
1. Penghantaran udara yaitu getaran suara luar menggetarkan membran timfani. Kemudian oleh tulang pendengaran akan diteruskan ke fenestra ovali (tingkap oval) dan akan menggetarkan cairan limfe pada koklea. Akibatnya, sel-sel rambut dari organ korti terangsang, menghasilkan impuls dan diteruskan oleh saraf auditorius ke pusat pendengaran di otak.
2. Penghantaran tulang yaitu getaran yang terjadi pada tulang-tulang tubuh kita (misalnya tulang tengkorak) akan menyebabkan bergetarnya cairan limfe pada koklea.
Proses pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi, tingkatan suara biasa 80-90 dB, tingkatan maksimum kegaduhan 130 dB. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan menuju iknus dan stapes melleus yang terkait pada membrane itu, karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler munuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.
Ukuran bunyi yang dapat didengar manusia kurang dari 85 dB dan dapat merusak telinga jika lebih dari 85 dB. Pada ukuran 130 dB akan membuat hancur gendang telinga. Berdasarkan frekuensi pendengarannya, suara dibagi menjadi :
- Infrasound : 0Hz – 20Hz
- Pendengaran manusia : 20Hz – 20KHz
- Ultrasound : 20KHz – 1GHz
- Hypersound : 1GHz – 10THz
Satuan yang digunakan dalam ukuran bunyi adalah decibel (dB). Karena perubahan intensitas suara yang sangat luas yang dideteksi dan dibedakan oleh telinga intensitas suara biasanya dinyatakan sebagai logaritma intensitas sebenarnya. Peningkatan 10 kali energi suara dinamakan 1 bel, dan 1 persepuluh bel dinamakan 1 desibel. 1 desibel menggambarkan peningkatan intensitas sebenarnya sebesar 1.26 kali.
Alasan lain menggunakan system decibel dalam menyatakan perubahan kekerasan suara adalah bahwa dalam batas intensitas suara yang bisa untuk komunikasi, telinga dapat mendeteksi perubahan intensitas suara kira-kira 1 desibel. Frekuensi pendengaran yang dapat didengar oleh orang tua. Orang muda, sebelum proses penuaan terjadi pada telinga, umumnya dinyatakan antara 30-20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batas suara sangat tergantung pada intensitas. Bila intensitas hanya -60 desibel, batas suara hanya 500 sampai 5000 siklus per detik, tetapi bila intensitas suara adalah -20 desibel, batas frekuensi 70 sampai 15000 siklus per detik. Pada orang tua, batas frekuensi turun dari 50 sampai 8000 siklus persetik atau kurang.
Tekstur adalah kualitas kunci dari banyak makanan, seperti kelembutan dari daging, kehalusan dari roti. Hal itu juga termasuk konsistensi, sifat merekat, kerapuhan, kekenyalan, ukuran dan bentuk dari partikel-partikel dalam makanan, seperti tekstur dari buah pir yang berpasir. Produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengaran biasanya berhubungan dengan renyah atau tidaknya suatu bahan. Produk tersebut biasanya kerupuk, keripik, mie instan. Selain itu kelapa, nangka, timun, semangka, dan durian misalnya dapat ditentukan atau dikenal matang atau tidaknya berdasarkan suara yang duhasilkan biala buah tersebut diketok dengan jari.
Adapun macam-macam penginderaan pendengaran yang dapat dinilai meliputi:
- Ketuaan
Tingkat ketuaan dari suatu bahan dapat ditentukan dengan cara mengguncang-guncang bahan tersebut. Misalnya kelapa. Kelapa yang sudah tua bila diguncang-guncang maka akan sedikit terdengar suara air yang berada di dalam. Berbeda dengan kelapa yang masih muda akan terdengar banyak airnya bila dilaukan guncangan pada kelapa tersebut.
- Kekeringan
Biasanya digunakan untuk bahan pangan dengan kadar air yang rendah. Misalnya penentuan mutu biskuit. Biskuit yang memiliki kadar air kurang/lebih dari yang seharusnya tidak kan menghasilkan suara bila dikunyah/dipatahkan. Penentuaan mutu karet juga dapat ditentukan dengan mengukur tingkat kekeringan dari bahan.
- Kematangan
Kematangan dari suatu buah dapat ditentukan dengan cara menokok-nokok atau mengetok bahan tersebut. Misalnya pada durian, timun, semangka, nangka, dan kelapa.
- Kelentingan
Kerupuk atau keripik yang baik dan segar dan juga renyah akan mengeluarkan bunyi bila dipatahkan atau kita kunyah dan sebaliknya, kerupuk atau keripik yang telah lembek, masuk angin, atau menyerap air tidak akan mengeluarkan bunyi bila di kunyah atau dipatahkan.
- Kerenyahan
Kerenyahan biasanya digunakan untuk menentukan mutu dari bahan seperti kerupuk atau keripik dan juga mie instan. Bila bahan pangan tersebut masih bagus, maka bila dikunyah atau diremas akan menghasilkan suara/terdengar suara kres.
Produk-produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengar yaitu:
1. Produk buah-buahan seperti durian ditentukan tingkat kemasakannya dengan cara memukul buah durian dengan gagang pisau maka akan dihasilkan suara yang khas.
2. Produk keripik, kerupuk, mie instan, ataupun wafer ditentukan mutu kerenyahannya yang menandakan produk tersebut masih berkualitas baik.
3. Produk buah-buahan seperti semangka dan melon, dimana untuk menandakan buah tersebut sudah tua dilakukan pengetukan untuk mendengarkan suara dengung dari buah tersebut dan berkaitan juga kelentingan suaranya.
Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan hemiselulosa serta adanya proses gelatinisasi. Kerenyahan pada kerupuk ataupun keripik juga dipengaruhi kandungan air pada kerupuk ataupun keripik selain itu kerenyahan keripik ataupun kerupuk juga diperoleh dalam proses penggorengan.
Kriteria bahan yang diuji dengan indra pendengar pada umumnya adalah jenis produk yang berbentuk padat dan menghasilkan suara (berbunyi saat dikonsumsi). Kriteria yang diuji adalah berupa :
- Kerenyahan, cara pengujiannya dengan cara digigit lalu didengarkan
- Kemudahan patahan, cara pengujiannya dengan cara dipatahkan dan didengarkan.
Mekanisme kerenyahan keripik disebabkan oleh adanya pengembangan keripik saat dilakukan penggorengan, dimana fenomena pengembangan keripik terjadi disebabkan oleh terlepasnya air yang terikat dalam gel pati pada saat penggorengan. Air ini mula-mula menjadi uap akibat meningkatnya suhu serta mendesak pati untuk keluar sehingga terjadi pengosongan yang membentuk kantong-kantong udara pada keripik yang telah digoreng. Kantong-kantong inilah yang menyebabkan keripik menjadi renyah. Oleh sebab itu dibutuhkan klon kentang yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi agar menghasilkan keripik dengan tekstur yang renyah.
Dari hasil pecobaan, didapatkan bahwa bahan yang renyah dan tidak renyah memiliki perbedaan suara. Bahan yang ditambahkan air akan memiliki tekstur yang tidak keras lagi dan akan terdengar tidak renyah saat dipatahkan ataupun dihancurkan. Hal ini sesuai dengan literatur (Lim dan Rosli, 2013), yang menyatakan bahwa penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen.
KESIMPULAN
1. Kerenyahan pada produk disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bahan-bahan kerupuk, proses pengolahan, yang akhirnya diharapkan dapat mengembangkan struktur kerupuk sehingga akan menghasilkan kerenyahan pada kerupuk tersebut.
2. Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, hemiselulosa, adanya proses gelatinisasi dan kandungan air pada produk.
3. Dalam menentukan mutu dari beberapa produk pangan, indera pendengar memegang peranan penting seperti menentuka kerenyahan keripik ataupun kerupuk.
4. Alat yang digunakan sebagai indera pendengar pada proses pengolahan makanan adalah telinga. Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf cranial ke-8 atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam.
5. Kerupuk yang diletakkan di udara terbuka akan menyebabkan kerupuk menjadi kurang renyah. Hal ini disebabkan karena kerupuk bersifat higroskopis artinya mudah meyerap air. Hal ini yang umumnya dikenal dengan sebutan masuk angin atau menandakan kerupuk sudah tidak renyah lagi.
6. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil keripik atau kerupuk yang masih didalam kemasan akan lebih renyah jika dibandingkan dengan kerupuk yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka). Hal ini disebabkan karena dengan kerupuk atau keripik yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah lama diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah sudah menyerap uap air di lingkungan sekitarnya.
7. Dari percobaan yang dilakukan dipoeroleh hasil bahwa telinga mampu mendengar perbedaan antara kerupuk atau kerippik yang masih renyah dan sudah tidak renyah. Hal ini disebabkan karena pada saat telinga menangkap bunyi, telinga akan memproses bunyi tersebut hingga sampai ke otak. Oleh karena itu, praktikan mampu membedakan kerupuk atau keripik yang renyah/tidak renyah.
8. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa setiap jenis kerupuk atau keripik menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, umumnya praktikan tetap dapat membedakan kerupuk atau keripik yang masih renyah atau tidak renyah.
DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan ditelinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membran basilaris terhadap membran tektorium. Sewaktu menggesek membran tektorium sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensi alaksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinap dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensi alaksi dan sinyal disalurkan ke otak.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran merupakan salah satu alat panca indera untuk mendengar, indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti: desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Bahan-bahan yang diuji dengan menggunakan indra pendengaran misalnya adalah keripik dan biskuit.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengenal sensorik dari berbagai rangsangan suara atau pendengaran berbagai jenis kerupuk dan untuk mengetahui cara-cara penentuan mutu bahan pangan berdasarkan indra pendengar (Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango dan Taro).
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian telinga yang sangat peka terhadap adanya bunyi atau suara yaitu gendang telinga. Bagian tersebut sangat tipis namun menjadi bagian pertama atau tercepat dalam merespon getaran bunyi yang datang. Gendang telinga yang sangat tipis tersebut memiliki diameter 10 mm dan berbentuk bulat. Bagian tersebut sangat membantu dalam mendengar suara termasuk dalam mendengar tingkat suara yang dihasilkan dari olahan bahan pangan baik dari makanan maupun minuman (McFarland, 2009).
Telinga yang berfungsi sebagai alat indera pendengar memiliki bagian yang letaknya berbeda-beda yaitu telinga bagian dalam, bagian tengah, dan telinga bagian luar. Dalam setiap bagian telinga, terdapat banyak saraf pendengaran yang nantinya berfungsi untuk menjalankan proses perubahan gelombang bunyi yang masuk ke telinga melalui sensasi pendengaran serta jalur pensarafan melalui koklea dan menuju ke batang otak hingga ke korteks pendengaran. Jadi, ketika bunyi atau suara masuk ke telinga, banyak bagian yang berperan hingga suara tersebut terdengar oleh manusia (Ganong, 1987).
Tekstur dari suatu produk olahan bahan pangan dapat dibedakan tidak hanya dengan menggunakan telinga tetapi juga dapat menggunakan alat yaitu Texture Analyser TA-TX Plus. Fungsi dari alat tersebut antara lain adalah mengukur kekerasan, elastis, kerekatan, daya kenyal dari produk pangan. Alat tersebut menggunakan tekanan yang mengenai produk bahan pangan dan akan terlihat tingkatan teksturnya pada kurva. Penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen (Lim dan Rosli, 2013).
Telinga merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat indera pendengar. Penentuan keras lembutnya suara tergantung pada perbedaan waktu dan arah datangnya suara serta akan terdengar lebih keras pada sisi telinga yang lebih dengan dengan sumber suara. Hal ini juga yang terjadi bila dilakukan uji inderawi pendengaran terhadap tekstur dari suatu makanan. Semakin dekat sumber suara dengan telinga, maka akan terdengar lebih jelas dan jenis makanan dapat dibedakan melalui teksturnya (Ganong, 1995).
Analisa sensori yang dapat dilakukan pada suatu produk bahan pangan yaitu warna, aroma, rasa, dan tekstur. Tekstur dari produk pangan tersebut diperoleh ketika terjadi tekanan yang dirasakan mulut ketika digigit, dikunyah, didengar ataupun perabaan dengan jari. Penilaian tekstur dipengaruhi oleh perbedaan bahan dasar dan perbedaan kepekaan indera setiap panelis yang akhirnya akan mempengaruhi penerimaan produk olahan pangan di masyarakat (Prihatiningrum, 2012).
Ketika mengkonsumsi pangan olahan yang renyah, maka akan terdengar suara atau bunyi dari hasil gigitan produk tersebut. Misalnya ketika memakan keripik, kerupuk, snack, dan produk lainnya maka akan terdengar ke telinga, walaupun lingkungan sekitar cukup ramai dan ribut. Hal ini berpengaruh terhadap kepuasan konsumen atau dapat disebut dengan multisensory. Selain mengkonsumsi makanan yang renyah, suara juga terdengar bila sedang minum misalnya meminum minuman bersoda (Spence, 2015).
Kemampuan mendengar setiap orang berbeda-beda dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, perawatan, dan sensitifitas gendang telinganya. Setiap bagian yang terdapat dalam telinga saling berhubungan sehingga dapat mendengar suara dengan baik. Seperti sensori dari sel-sel penerima rangsangan yang bagian telinga luar dalam kondisi baik, maka dapat meneruskan getaran ke dalam telinga dengan baik dan dipengaruhi oleh posisi kepala karena salah satu sel tersebut menerima informasi dari kepala atau otak (Memmler, 1987).
Tekstur dapat didengar karena terdapat kekerasan dan kerenyahan dari olahan bahan pangan. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yaitu semakin rendah nilai kekerasan, maka semakin renyah produk olahan tersebut karena gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan produk semakin kecil dan mudah untuk didengar. Dan sebaliknya, semakin tinggi nilai kekerasan maka produk semakin kurang renyah dan sulit untuk didengar. Kekerasan dan kerenyahan dari produk tersebut dapat dipengaruhi oleh suhu penggorengan, lama penggorengan, serta dapat ditingkatkan dengan perendaman bahan olahan dalam larutan NaHCO3 (Putranto, dkk., 2013).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan pada hari Selasa, 20 September 2016 pukul 10.00 WIB di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cheetos, Kerupuk Udang, Lays, Qtela, Tango, dan Taro yang diperoleh dari pasar buah brastagi di jalan Gatot Subroto, Medan.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piring, sendok stainless steel, dan serbet.
Prosedur Percobaan
- Dipersiapkan bahan-bahan yang telah ditentukan.
- Diletakkan masing-masing bahan ke dalam piring.
- Dibagi bahan menjadi dua perlakuan, yaitu bahan tanpa perlakuan apa-apa dan bahan yang ditambahkan dengan air.
- Dilakukan uji indrawi terhadap bahan untuk mengetahui mutu bahan berdasarkan suara yang dihasilkan pada saat diremas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Dengan Indra Pendengaran
- Cheetos : Renyah
Tidak Renyah
- Kerupuk Udang : Renyah
Tidak Renyah
- Lays : Renyah
Tidak Renyah
- Qtela : Renyah
Tidak Renyah
- Tango : Renyah
Tidak Renyah
- Taro : Renyah
Tidak Renyah
Keterangan:
= Benar
= Salah
Pembahasan
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis (getaran) yang disebut suara. Dalam keadaan biasa, getaran dapat mencapai indera pendengaran yaitu telinga melalui udara. Ketika kita mendengar, ternyata ada objek atau benda yang bergetar, misalnya senar gitar yang bergetar ketika dipetik, dan bedug atau drum yang dipukul. Gelombang bunyi yang masuk ke telinga luar akan menggetarkan gendang telinga. Getaran-getaran tersebut diterima oleh syaraf auditorius atau receptor pendengar dan selanjutnya dikirim ke otak.
Pada sistem pendengaran, telinga akan mengubah energi gelombang menjadi impuls saraf yang diterjemahkan oleh otak sebagai suara. Musik, pembicaraan, atau bunyi berisik di lingkungan sekitar dapat didengar karena adanya reseptor sensorik yang merupakan sel-sel rambut, suatu tipe fonoreseptor. Fonoreseptor merupakan reseptor penerima bunyi atau suara yang ada di organ telinga, yang akan menghantarkan impuls ke otak. Sebelum mencapai ke sel-sel rambut ini, gelombang akan diubah oleh beberapa struktur yang ada di telinga.
Suara (sound) pendengaran mempertimbangkan suara yang tercipta oleh makanan selama persiapan dan konsumsi seperti desisan dari makanan yang digoreng, desisan dari minuman, bunyi mengerkah (kres) dari sayuran mentah, suara patahan dari kerasnya biskuit. Jadi dalam analisa organoleptik, panca indera digunakan untuk mengukur, menganalisa dan menginterpretasikan mutu organoleptik atau karakteristik sensoris makanan. Analisa organoleptik sangat dibutuhkan dalam industri makanan untuk pengembangan produk, modifikasi resep dan mengevaluasi produk. Hal ini juga memegang peranan penting dalam menjaga mutu dan pemasaran produk.
Reseptor pendengaran atau fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel rambut adalah untuk menerima rangsangan getaran dan mengubahnya menjadi impuls sensorik yang selanjutnya ditransmisikan ke pusat pendengaran. Alat pendengaran manusia berupa telinga.
Terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga luar, bagian-bagiannya adalah daun telinga dan saluran telinga yang dindingnya dapat menghasilkan minyak serumen.
2. Telinga tengah (ruangan timfani) terdiri atas:
a. Gendang telinga/selaput pendengaran (membran timfani).
b. Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas, martil (maleus), landasan (inkus) dan sanggurdi (stapes).
c. Saluran Eustachius, yaitu saluran penghubung antara ruang telinga dengan rongga faring.
3. Telinga dalam (Labyrinth) terdiri atas:
a. Organ pendengaran atau koklea (rumah siput).
Rumah siput berupa saluran spiral terbagi atas 3 daerah, yaitu:
a. Skala vestibuli yang terletak di bagian dorsal
b. Skala media terletak di bagian tengah
c. Skala timfani terletak di bagian ventral
Antara skala yang satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh:
a. Membran vestibularis: memisahkan skala vestibuli-skala media.
b. Membran tektoral memisahkan skala media-skala timfani.
c. Membran basilaris: memisahkan skala timfani-skala vestibuli.
Organ corti terdapat pada skala media, terdiri atas:
a. Sel-sel rambut saraf pendengaran yang terdapat di dalam selaput dasar
b. Membrana tektoralis atau selaput atas. Selaput atas terletak di atas sel-sel rambut, merupakan penerus getaran dari fenestra ovali ke sel-sel rambut lewat cairan limfe yang terdapat pada skala media.
c. Organ keseimbangan: terdiri atas kanalis semi sirkularis (saluran setengah lingkaran), sakulus, dan utrikulus.
Rangsang getaran yang diterima ujung saraf pendengaran diteruskan oleh saraf koklea ke otak. Di dalam koklea terdapat 24.000 alat corti, yang masing-masing mempunyai kepekaan menerima frekuensi tertentu. Kita hanya dapat mendengar suara dari 20 sampai 20.000 Hertz, tetapi ada orang-orang tertentu yang dapat mendengar antara 16 sampai 20.000 Hertz.
Adapun mekanisme transmisi pendengaran adalah suara dari luar dapat sampai pada skala media dengan beberapa cara yaitu :
1. Penghantaran udara yaitu getaran suara luar menggetarkan membran timfani. Kemudian oleh tulang pendengaran akan diteruskan ke fenestra ovali (tingkap oval) dan akan menggetarkan cairan limfe pada koklea. Akibatnya, sel-sel rambut dari organ korti terangsang, menghasilkan impuls dan diteruskan oleh saraf auditorius ke pusat pendengaran di otak.
2. Penghantaran tulang yaitu getaran yang terjadi pada tulang-tulang tubuh kita (misalnya tulang tengkorak) akan menyebabkan bergetarnya cairan limfe pada koklea.
Proses pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi, tingkatan suara biasa 80-90 dB, tingkatan maksimum kegaduhan 130 dB. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan menuju iknus dan stapes melleus yang terkait pada membrane itu, karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler munuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.
Ukuran bunyi yang dapat didengar manusia kurang dari 85 dB dan dapat merusak telinga jika lebih dari 85 dB. Pada ukuran 130 dB akan membuat hancur gendang telinga. Berdasarkan frekuensi pendengarannya, suara dibagi menjadi :
- Infrasound : 0Hz – 20Hz
- Pendengaran manusia : 20Hz – 20KHz
- Ultrasound : 20KHz – 1GHz
- Hypersound : 1GHz – 10THz
Satuan yang digunakan dalam ukuran bunyi adalah decibel (dB). Karena perubahan intensitas suara yang sangat luas yang dideteksi dan dibedakan oleh telinga intensitas suara biasanya dinyatakan sebagai logaritma intensitas sebenarnya. Peningkatan 10 kali energi suara dinamakan 1 bel, dan 1 persepuluh bel dinamakan 1 desibel. 1 desibel menggambarkan peningkatan intensitas sebenarnya sebesar 1.26 kali.
Alasan lain menggunakan system decibel dalam menyatakan perubahan kekerasan suara adalah bahwa dalam batas intensitas suara yang bisa untuk komunikasi, telinga dapat mendeteksi perubahan intensitas suara kira-kira 1 desibel. Frekuensi pendengaran yang dapat didengar oleh orang tua. Orang muda, sebelum proses penuaan terjadi pada telinga, umumnya dinyatakan antara 30-20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batas suara sangat tergantung pada intensitas. Bila intensitas hanya -60 desibel, batas suara hanya 500 sampai 5000 siklus per detik, tetapi bila intensitas suara adalah -20 desibel, batas frekuensi 70 sampai 15000 siklus per detik. Pada orang tua, batas frekuensi turun dari 50 sampai 8000 siklus persetik atau kurang.
Tekstur adalah kualitas kunci dari banyak makanan, seperti kelembutan dari daging, kehalusan dari roti. Hal itu juga termasuk konsistensi, sifat merekat, kerapuhan, kekenyalan, ukuran dan bentuk dari partikel-partikel dalam makanan, seperti tekstur dari buah pir yang berpasir. Produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengaran biasanya berhubungan dengan renyah atau tidaknya suatu bahan. Produk tersebut biasanya kerupuk, keripik, mie instan. Selain itu kelapa, nangka, timun, semangka, dan durian misalnya dapat ditentukan atau dikenal matang atau tidaknya berdasarkan suara yang duhasilkan biala buah tersebut diketok dengan jari.
Adapun macam-macam penginderaan pendengaran yang dapat dinilai meliputi:
- Ketuaan
Tingkat ketuaan dari suatu bahan dapat ditentukan dengan cara mengguncang-guncang bahan tersebut. Misalnya kelapa. Kelapa yang sudah tua bila diguncang-guncang maka akan sedikit terdengar suara air yang berada di dalam. Berbeda dengan kelapa yang masih muda akan terdengar banyak airnya bila dilaukan guncangan pada kelapa tersebut.
- Kekeringan
Biasanya digunakan untuk bahan pangan dengan kadar air yang rendah. Misalnya penentuan mutu biskuit. Biskuit yang memiliki kadar air kurang/lebih dari yang seharusnya tidak kan menghasilkan suara bila dikunyah/dipatahkan. Penentuaan mutu karet juga dapat ditentukan dengan mengukur tingkat kekeringan dari bahan.
- Kematangan
Kematangan dari suatu buah dapat ditentukan dengan cara menokok-nokok atau mengetok bahan tersebut. Misalnya pada durian, timun, semangka, nangka, dan kelapa.
- Kelentingan
Kerupuk atau keripik yang baik dan segar dan juga renyah akan mengeluarkan bunyi bila dipatahkan atau kita kunyah dan sebaliknya, kerupuk atau keripik yang telah lembek, masuk angin, atau menyerap air tidak akan mengeluarkan bunyi bila di kunyah atau dipatahkan.
- Kerenyahan
Kerenyahan biasanya digunakan untuk menentukan mutu dari bahan seperti kerupuk atau keripik dan juga mie instan. Bila bahan pangan tersebut masih bagus, maka bila dikunyah atau diremas akan menghasilkan suara/terdengar suara kres.
Produk-produk yang mutunya ditentukan dengan indera pendengar yaitu:
1. Produk buah-buahan seperti durian ditentukan tingkat kemasakannya dengan cara memukul buah durian dengan gagang pisau maka akan dihasilkan suara yang khas.
2. Produk keripik, kerupuk, mie instan, ataupun wafer ditentukan mutu kerenyahannya yang menandakan produk tersebut masih berkualitas baik.
3. Produk buah-buahan seperti semangka dan melon, dimana untuk menandakan buah tersebut sudah tua dilakukan pengetukan untuk mendengarkan suara dengung dari buah tersebut dan berkaitan juga kelentingan suaranya.
Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan hemiselulosa serta adanya proses gelatinisasi. Kerenyahan pada kerupuk ataupun keripik juga dipengaruhi kandungan air pada kerupuk ataupun keripik selain itu kerenyahan keripik ataupun kerupuk juga diperoleh dalam proses penggorengan.
Kriteria bahan yang diuji dengan indra pendengar pada umumnya adalah jenis produk yang berbentuk padat dan menghasilkan suara (berbunyi saat dikonsumsi). Kriteria yang diuji adalah berupa :
- Kerenyahan, cara pengujiannya dengan cara digigit lalu didengarkan
- Kemudahan patahan, cara pengujiannya dengan cara dipatahkan dan didengarkan.
Mekanisme kerenyahan keripik disebabkan oleh adanya pengembangan keripik saat dilakukan penggorengan, dimana fenomena pengembangan keripik terjadi disebabkan oleh terlepasnya air yang terikat dalam gel pati pada saat penggorengan. Air ini mula-mula menjadi uap akibat meningkatnya suhu serta mendesak pati untuk keluar sehingga terjadi pengosongan yang membentuk kantong-kantong udara pada keripik yang telah digoreng. Kantong-kantong inilah yang menyebabkan keripik menjadi renyah. Oleh sebab itu dibutuhkan klon kentang yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi agar menghasilkan keripik dengan tekstur yang renyah.
Dari hasil pecobaan, didapatkan bahwa bahan yang renyah dan tidak renyah memiliki perbedaan suara. Bahan yang ditambahkan air akan memiliki tekstur yang tidak keras lagi dan akan terdengar tidak renyah saat dipatahkan ataupun dihancurkan. Hal ini sesuai dengan literatur (Lim dan Rosli, 2013), yang menyatakan bahwa penurunan maupun peningkatan kekerasan pada bahan dapat dihubungkan dengan kemampuan bahan dalam menyerap air yang dapat dijelaskan sebagai interaksi di antara air dan gugus hidroksi yang berupa polisakarida sebagai ikatan hidrogen.
KESIMPULAN
1. Kerenyahan pada produk disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bahan-bahan kerupuk, proses pengolahan, yang akhirnya diharapkan dapat mengembangkan struktur kerupuk sehingga akan menghasilkan kerenyahan pada kerupuk tersebut.
2. Kerenyahan dari keripik diperoleh dari kandungan polisakarida yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, hemiselulosa, adanya proses gelatinisasi dan kandungan air pada produk.
3. Dalam menentukan mutu dari beberapa produk pangan, indera pendengar memegang peranan penting seperti menentuka kerenyahan keripik ataupun kerupuk.
4. Alat yang digunakan sebagai indera pendengar pada proses pengolahan makanan adalah telinga. Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf cranial ke-8 atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam.
5. Kerupuk yang diletakkan di udara terbuka akan menyebabkan kerupuk menjadi kurang renyah. Hal ini disebabkan karena kerupuk bersifat higroskopis artinya mudah meyerap air. Hal ini yang umumnya dikenal dengan sebutan masuk angin atau menandakan kerupuk sudah tidak renyah lagi.
6. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil keripik atau kerupuk yang masih didalam kemasan akan lebih renyah jika dibandingkan dengan kerupuk yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka). Hal ini disebabkan karena dengan kerupuk atau keripik yang diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah lama diletakkan diatas piring (di udara terbuka) sudah sudah menyerap uap air di lingkungan sekitarnya.
7. Dari percobaan yang dilakukan dipoeroleh hasil bahwa telinga mampu mendengar perbedaan antara kerupuk atau kerippik yang masih renyah dan sudah tidak renyah. Hal ini disebabkan karena pada saat telinga menangkap bunyi, telinga akan memproses bunyi tersebut hingga sampai ke otak. Oleh karena itu, praktikan mampu membedakan kerupuk atau keripik yang renyah/tidak renyah.
8. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa setiap jenis kerupuk atau keripik menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, umumnya praktikan tetap dapat membedakan kerupuk atau keripik yang masih renyah atau tidak renyah.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F. 1987. Penuntun Belajar Fisiologi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ganong, W. F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lim, J. Y. dan W. W. L. Rosli. 2013. The ability of Zea mays ear (young corn) powder in enchancing nutritional composition and changing textural properties and sensory acceptebility of yeast bread. International Food Research Journal. 20(2) : 799-804.
McFarland, D. H. 2009. Netter’s Atlas of Anatomy for Speech, Swallowing, and Hearing. Mosby Elsevier, Canada.
Memmler, R. L. 1987. The Human Body in Health and Disease. Lippincott Company, New York.
Prihatiningrum. 2012. Pengaruh komposit tepung kimpul dan tepung terigu terhadap kualitas cookies semprit. Food Science and Culinary Education Journal. 1(1) : 1-7.
Putranto, A. W., B. D. Argo, dan N. Komar. 2013. Pengaruh perendaman natrium bikarbonat (NaHCO3) dan suhu penggorengan terhadap nilai kekerasan keripik kimpul (Xanthosoma sagittifolium). Jurnal Teknologi Pertanian. 14(2) : 105-114.
Spence, C. 2015. Eating with our ears: assessing the importance of the sounds of consumption on our perception and enjoyment of multisensory flavor experiences. Flavour Journal. 4(3) : 1-14.
Demikianlah Artikel MAKALAH TENTANG : ALAT INDRA PENDENGARAN
Sekianlah artikel MAKALAH TENTANG : ALAT INDRA PENDENGARAN kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel MAKALAH TENTANG : ALAT INDRA PENDENGARAN dengan alamat link https://gurupintarmengajar.blogspot.com/2017/03/makalah-tentang-alat-indra-pendengaran.html
0 Response to "MAKALAH TENTANG : ALAT INDRA PENDENGARAN"
Post a Comment