Loading...
Judul : Model Pembelajaran Project Based Learning
link : Model Pembelajaran Project Based Learning
Model Pembelajaran Project Based Learning
Model Pembelajaran Project Based Learning
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Model pembelajaran project based learningsering juga disebut dengan model pembelajaran berbasis proyek. Model ini berupa pemberian tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara individual maupun kelompok. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, dan meneliti. Kemudian siswa diminta membuat laporan dari tugas yang diberikan.
Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009, hlm. 30) “model pembelajaran project based learning adalah model yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksikan pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata”. Selanjutnya Trianto (2014, hlm. 42) menyatakan bahwa “project based learning adalah sebuah model yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks”.
Daryanto (2009, hlm. 407) berpendapat bahwa “project based learning merupakan cara belajar yang memberikan kebebasan berpikir pada siswa yang berkaitan dengan isi atau bahan pengajaran dan tujuan yang direncanakan”. “Model pembelajaran ini bertujuan membentuk analisis pada masing-masing siswa” (Martinis Yamin, 2008, hlm. 166).
Menurut Made Wena (2009, hlm. 144) model pembelajaran project based learning merupakan “model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, dan memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.
Model pembelajaran project based learningdikembangkan oleh Winastaman Gora dan Sunarto (2010, hlm. 119) memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut:
1. Mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti pembelajaran harus mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
2. Memiliki hubungan dengan dunia nyata, berarti bahwa pembelajaran yang autentik dan siswa dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia nyata.
3. Menekankan pada tanggung jawab siswa, merupakan proses siswa untuk mengakses informasi untuk menekankan solusi yang sedang dihadapi.
4. Penilaian, penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil proyek yang dikerjakan siswa.
Menurut Rais (2010, hlm. 8-9) langkah-langkah model pembelajaran project based learning, sebagai berikut:
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the essential question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuh pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan ada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perancanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa memiliki proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subyek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru bersama peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktifitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu relatif lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam pelajaran sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam pelajaran sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama mengerjakan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar. Guru berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.
6. Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Kemudian, Made Wena (2009, hlm. 145) mengemukakan prinsip-prinsip model pembelajaran project based learning, sebagai berikut:
1. Prinsip sentralistis (centrality)
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Prinsip pertanyaan pendukung (driving question)
Prinsip ini berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama.
3. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)
Prinsip ini merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Prinsip otonomi (autonomy)
Pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yakni bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal pengawasan, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja siswa (LKS), petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari project based learning. Maka, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.
5. Prinsip realistis (relism)
Prinsip ini berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. Project based learning harus dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.
Adapun kelebihan penggunaan dari model project based learning, diantaranya:
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu serta sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati pembelajaran.
Pada pelaksanaan model pembelajaran project based learning tentu tidak lepas dari segala hambatan dan kendala. Hambatan dan kendala tersebut mencerminkan bahwa masih ditemukannya beberapa kelemahan dari model pembelajaran ini, antara lain:
1. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk membuat suatu proyek.
3. Banyak guru merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan team teaching dalam pembelajaran.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok sulit mengikuti pembelajaran.
7. Apabila topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak memahami topik secara keseluruhan.
Referensi
Daryanto (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif (Teori dan Praktik dalam Pengembangan Profesionalisme bagi Guru). Jakarta: Publisher.
Gora, W., & Sunarto (2010). PAKEMATIK Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Hanafiah, N., & Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Rais (2010). Project Based Learning: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft Skills. (Makalah). Surabaya: Unesa.
Trianto (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, M. (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta.
Model Pembelajaran Project Based Learning
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Model pembelajaran project based learningsering juga disebut dengan model pembelajaran berbasis proyek. Model ini berupa pemberian tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara individual maupun kelompok. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, dan meneliti. Kemudian siswa diminta membuat laporan dari tugas yang diberikan.
Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009, hlm. 30) “model pembelajaran project based learning adalah model yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksikan pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata”. Selanjutnya Trianto (2014, hlm. 42) menyatakan bahwa “project based learning adalah sebuah model yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks”.
Daryanto (2009, hlm. 407) berpendapat bahwa “project based learning merupakan cara belajar yang memberikan kebebasan berpikir pada siswa yang berkaitan dengan isi atau bahan pengajaran dan tujuan yang direncanakan”. “Model pembelajaran ini bertujuan membentuk analisis pada masing-masing siswa” (Martinis Yamin, 2008, hlm. 166).
Menurut Made Wena (2009, hlm. 144) model pembelajaran project based learning merupakan “model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, dan memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.
Model pembelajaran project based learningdikembangkan oleh Winastaman Gora dan Sunarto (2010, hlm. 119) memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut:
1. Mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti pembelajaran harus mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
2. Memiliki hubungan dengan dunia nyata, berarti bahwa pembelajaran yang autentik dan siswa dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia nyata.
3. Menekankan pada tanggung jawab siswa, merupakan proses siswa untuk mengakses informasi untuk menekankan solusi yang sedang dihadapi.
4. Penilaian, penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil proyek yang dikerjakan siswa.
Menurut Rais (2010, hlm. 8-9) langkah-langkah model pembelajaran project based learning, sebagai berikut:
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the essential question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuh pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan ada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perancanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa memiliki proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subyek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru bersama peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktifitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu relatif lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam pelajaran sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam pelajaran sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama mengerjakan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar. Guru berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.
6. Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Kemudian, Made Wena (2009, hlm. 145) mengemukakan prinsip-prinsip model pembelajaran
Loading...
style="mso-bidi-font-style: normal;">project based learning, sebagai berikut:
1. Prinsip sentralistis (centrality)
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Prinsip pertanyaan pendukung (driving question)
Prinsip ini berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama.
3. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)
Prinsip ini merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Prinsip otonomi (autonomy)
Pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yakni bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal pengawasan, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja siswa (LKS), petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari project based learning. Maka, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.
5. Prinsip realistis (relism)
Prinsip ini berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. Project based learning harus dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.
Adapun kelebihan penggunaan dari model project based learning, diantaranya:
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu serta sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati pembelajaran.
Pada pelaksanaan model pembelajaran project based learning tentu tidak lepas dari segala hambatan dan kendala. Hambatan dan kendala tersebut mencerminkan bahwa masih ditemukannya beberapa kelemahan dari model pembelajaran ini, antara lain:
1. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk membuat suatu proyek.
3. Banyak guru merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan team teaching dalam pembelajaran.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok sulit mengikuti pembelajaran.
7. Apabila topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak memahami topik secara keseluruhan.
Referensi
Daryanto (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif (Teori dan Praktik dalam Pengembangan Profesionalisme bagi Guru). Jakarta: Publisher.
Gora, W., & Sunarto (2010). PAKEMATIK Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Hanafiah, N., & Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Rais (2010). Project Based Learning: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft Skills. (Makalah). Surabaya: Unesa.
Trianto (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, M. (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta.
Demikianlah Artikel Model Pembelajaran Project Based Learning
Sekianlah artikel Model Pembelajaran Project Based Learning kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Model Pembelajaran Project Based Learning dengan alamat link https://gurupintarmengajar.blogspot.com/2017/04/model-pembelajaran-project-based.html
0 Response to "Model Pembelajaran Project Based Learning"
Post a Comment