Loading...

Struktur Sosial Sekolah

Loading...
Struktur Sosial Sekolah - Hallo sahabat Guru pintar, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Struktur Sosial Sekolah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel GURU, Artikel GURU MAPEL, Artikel IPTEK, Artikel RUANG GURU, Artikel SERTIFIKASI, Artikel TUGAS, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Struktur Sosial Sekolah
link : Struktur Sosial Sekolah

Baca juga


Struktur Sosial Sekolah



Struktur Sosial Sekolah
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

Struktur Sosial Sekolah

Pada struktur sosial terdapat kedudukan dan peranan anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan yang paling banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Pada struktur sosial sekolah, kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi dan pesuruh sekolah menduduki kedudukan yang paling rendah.
Struktur tersebut memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif yang baik. Masing-masing memiliki kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti diharapkan menurut kedudukan tersebut. Dengan demikian, dapat dicegah sejumlah konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.
Kedudukan dan status menentukan posisi dalam struktur sosial dan menentukan peranan orang tersebut. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan seseorang. Seseorang harus mampu diharapkan memberikan perintah kepeda pekerja. Akan tetapi, cara-cara seseorang membawakan peranannya dapat berbeda berdasar pada kepribadiannya. Seseorang dalam pekerjaannya dapat bersikap otokratis atau demokratis dalam menjalankan peranannya.
Peranan mencakup kewajiban dan hak yang bertalian dengan kedudukan. Peranan suatu pekerjaan atau status selalu memiliki segi timbal balik. Peranan dapat dikatakan dengan serangkaian kewajiban dan hak, yakni sifat timbal balik dalam hubungan antara individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan tersebut. Hak seseorang dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasarkan keturunan, adapula yang diperoleh sendiri berkat usaha individu. Pada masyarakat modern dengan banyaknya pembagian dan spesialisasi pekerjaan, luas kemungkinan untuk memperoleh kedudukan berkat usaha sendiri, salah satunya melalui pendidikan.
Pada setiap kedudukan individu diharapkan menunjukkan pola kelakuan tertentu. Perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya, dan sebagainya harus sesuai dengan apa yang diharapkan bertalian dengan kedudukannya. Menurut kedudukan atau posisinya ia harus menjalankan peranan tertentu. Peranan menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
Pada setiap kelompok, orang mengenal kedudukan atau posisi masing-masing. Orang mempunyai gambaran tentang kelakuan yang diharapkan dari masing-masing menurut kedudukan yang ditempatinya. Jadi, di masyarakat sekolah dari kepala sekolah, guru, peserta didik, pegawai sekolah diharapkan suatu kelakuan tertentu.
Pada umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial sekolah, yakni yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungannya di antara mereka. Jadi, mengenai kepala sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, dan pesuruh. Tingkat kedua berkenaan dengan sistem kedudukan dan hubungan antara peserta didik.
Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi di sekolah berkat kedudukannya, tetapi juga sering karena pengalaman, masa kerja dan pendidikannya. Dia yang berhak mengambil keputusan yang harus dipatuhi oleh seluruh bawahannya. Di samping hak, ia memikul tanggung jawab penuh atas kelancaran pendidikan di sekolah.
Selain itu, kepala sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petujuk, nasihat, saran-saran kepada guru dalam usaha untuk meningkatkan mutu sekolah. Pada hal ini, ia didukung oleh kemampuan profesionalnya serta pengalamannya sebagai guru dan kematangan pribadinya.
Kepala sekolah juga memegang kepemimpinan yang penuh di sekolah dan ia diharapkan sanggup menjadi pimpinan dalam segala hal yang mengenai sekolah, dalam menghadapi masyarakat, peserta didik maupun guru-guru. Pada satu pihak guru-guru mengharapkan keputusan yang tegas, dan pihak lainnya mereka menginginkan agar keputusan diambil secara musyawarah. Kepemimpinan tersebut tidak umum, artinya tidak ada orang yang dapat menjadi pemimpin dalam segala macam  situasi.
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah. Karena itu, ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Guru juga mempunyai kedudukan sebagai pegawai. Pada kedudukan itu, harus pula mematuhi segala peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah atau yayasan tertentu.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja. Berkat usia dan pengalamannya mengajar, guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda.
Hubungan antara guru dan peserta didik mempunyai sifat yang relatif stabil. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tidak sama antara guru dan peserta didik. Pada hubungan guru-murid biasanya hanya murid yang diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu.
Kelompok di kalangan guru disebabkan berbagai faktor, antara lain berdasarkan (1) jenis kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunyai kelompok sendiri untuk tujuan-tujuan yang khas wanita. (2) minat professional, misalnya pakar pendidikan untuk membahas masalah pendidikan. (3) kesamaan minat, misalnya main kartu, olahraga, musik, dan lain-lain.
Sekolah bagi peserta didik dapat dipandang sebagai sistem persahabatan dan hubungan-hubungan sosial. Struktur ini lebih bersifat informal. Kedudukan peserta didik dalam sekolah hanya diketahui dalam lingkungan sekolah tertentu. Untuk mempelajari struktur informal peserta didik, maka digunakan beberapa metode, antara lain:
1. Metode sosiometri, yakni garis besarnya kepada peserta didik ditanyakan sejumlah hal yang menyangkut peserta didik lainnya. Maka, hasil pertanyaan ini akan menghasilkan sosiogram.
2. Metode partisipasi-observasi, yakni sambil berpartisipasi dalam kelompok tertentu selama beberapa waktu mengadakan observasi tentang kelompok tertentu.
Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan struktur sosial peserta ddik. Berhasil tidaknya seorang peserta didik dalam pelajarannya turut menentukan kedudukannya dalam kelompok. Misalnya, dalam kelompok belajar, murid yang pandai akan dijadikan pemimpin.
Loading...


Struktur Sosial Sekolah
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

Struktur Sosial Sekolah

Pada struktur sosial terdapat kedudukan dan peranan anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan yang paling banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Pada struktur sosial sekolah, kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi dan pesuruh sekolah menduduki kedudukan yang paling rendah.
Struktur tersebut memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif yang baik. Masing-masing memiliki kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti diharapkan menurut kedudukan tersebut. Dengan demikian, dapat dicegah sejumlah konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.
Kedudukan dan status menentukan posisi dalam struktur sosial dan menentukan peranan orang tersebut. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan seseorang. Seseorang harus mampu diharapkan memberikan perintah kepeda pekerja. Akan tetapi, cara-cara seseorang membawakan peranannya dapat berbeda berdasar pada kepribadiannya. Seseorang dalam pekerjaannya dapat bersikap otokratis atau demokratis dalam menjalankan peranannya.
Peranan mencakup kewajiban dan hak yang bertalian dengan kedudukan. Peranan suatu pekerjaan atau status selalu memiliki segi timbal balik. Peranan dapat dikatakan dengan serangkaian kewajiban dan hak, yakni sifat timbal balik dalam hubungan antara individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan tersebut. Hak seseorang dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasarkan keturunan, adapula yang diperoleh sendiri berkat usaha individu. Pada masyarakat modern dengan banyaknya pembagian dan spesialisasi pekerjaan, luas kemungkinan untuk memperoleh kedudukan berkat usaha sendiri, salah satunya melalui pendidikan.
Pada setiap kedudukan individu diharapkan menunjukkan pola kelakuan tertentu. Perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya, dan sebagainya harus sesuai dengan apa yang diharapkan bertalian dengan kedudukannya. Menurut kedudukan atau posisinya ia harus menjalankan peranan tertentu. Peranan menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
Pada setiap kelompok, orang mengenal kedudukan atau posisi masing-masing. Orang mempunyai gambaran tentang kelakuan yang diharapkan dari masing-masing menurut kedudukan yang ditempatinya. Jadi, di masyarakat sekolah dari kepala sekolah, guru, peserta didik, pegawai sekolah diharapkan suatu kelakuan tertentu.
Pada umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial sekolah, yakni yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungannya di antara mereka. Jadi, mengenai kepala sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, dan pesuruh. Tingkat kedua berkenaan dengan sistem kedudukan dan hubungan antara peserta didik.
Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi di sekolah berkat kedudukannya, tetapi juga sering karena pengalaman, masa kerja dan pendidikannya. Dia yang berhak mengambil keputusan yang harus dipatuhi oleh seluruh bawahannya. Di samping hak, ia memikul tanggung jawab penuh atas kelancaran pendidikan di sekolah.
Selain itu, kepala sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petujuk, nasihat, saran-saran kepada guru dalam usaha untuk meningkatkan mutu sekolah. Pada hal ini, ia didukung oleh kemampuan profesionalnya serta pengalamannya sebagai guru dan kematangan pribadinya.
Kepala sekolah juga memegang kepemimpinan yang penuh di sekolah dan ia diharapkan sanggup menjadi pimpinan dalam segala hal yang mengenai sekolah, dalam menghadapi masyarakat, peserta didik maupun guru-guru. Pada satu pihak guru-guru mengharapkan keputusan yang tegas, dan pihak lainnya mereka menginginkan agar keputusan diambil secara musyawarah. Kepemimpinan tersebut tidak umum, artinya tidak ada orang yang dapat menjadi pemimpin dalam segala macam  situasi.
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah. Karena itu, ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Guru juga mempunyai kedudukan sebagai pegawai. Pada kedudukan itu, harus pula mematuhi segala peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah atau yayasan tertentu.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja. Berkat usia dan pengalamannya mengajar, guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda.
Hubungan antara guru dan peserta didik mempunyai sifat yang relatif stabil. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tidak sama antara guru dan peserta didik. Pada hubungan guru-murid biasanya hanya murid yang diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu.
Kelompok di kalangan guru disebabkan berbagai faktor, antara lain berdasarkan (1) jenis kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunyai kelompok sendiri untuk tujuan-tujuan yang khas wanita. (2) minat professional, misalnya pakar pendidikan untuk membahas masalah pendidikan. (3) kesamaan minat, misalnya main kartu, olahraga, musik, dan lain-lain.
Sekolah bagi peserta didik dapat dipandang sebagai sistem persahabatan dan hubungan-hubungan sosial. Struktur ini lebih bersifat informal. Kedudukan peserta didik dalam sekolah hanya diketahui dalam lingkungan sekolah tertentu. Untuk mempelajari struktur informal peserta didik, maka digunakan beberapa metode, antara lain:
1. Metode sosiometri, yakni garis besarnya kepada peserta didik ditanyakan sejumlah hal yang menyangkut peserta didik lainnya. Maka, hasil pertanyaan ini akan menghasilkan sosiogram.
2. Metode partisipasi-observasi, yakni sambil berpartisipasi dalam kelompok tertentu selama beberapa waktu mengadakan observasi tentang kelompok tertentu.
Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan struktur sosial peserta ddik. Berhasil tidaknya seorang peserta didik dalam pelajarannya turut menentukan kedudukannya dalam kelompok. Misalnya, dalam kelompok belajar, murid yang pandai akan dijadikan pemimpin.


Demikianlah Artikel Struktur Sosial Sekolah

Sekianlah artikel Struktur Sosial Sekolah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Struktur Sosial Sekolah dengan alamat link https://gurupintarmengajar.blogspot.com/2017/11/struktur-sosial-sekolah.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Struktur Sosial Sekolah"

Post a Comment

Loading...