Loading...
Judul : Teori Empirisme
link : Teori Empirisme
Teori Empirisme
Teori Empirisme
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata bahasa Yunani emperia yang berarti pengalaman. Pelopor teori ini adalah John Locke (1632-1704). Teori empirisme mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis. Jadi, sejak dilahirkan anak tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya.
Teori empirisme meyakini bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau berdasar pada pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik untuk menjadi apa saja berdasar kehendak lingkungan.
Tokoh aliran empirisme yang terkenal adalah John Locke, seorang filosof Inggris yang lahir di Somerset, Inggris tahun 1632. Teorinya dikenal dengan tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.
Ajaran-ajaran pokok teori empirisme, antara lain:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data pengalaman inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung atau disimpulkan secara tidak langsung dari data pengalaman inderawi.
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita.
Faktor bawaan dari orangtua diabaikan dalam teori ini. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan. Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Berdasar teori ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, dan watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Adapun tokoh-tokoh teori empirisme, antara lain:
1. John Locke
John Locke terkenal setelah membuat esai berjudul “Essay Concerning Human Understanding” yang diterbitkan pada 1690. Ia menjelaskan tentang dua masalah, yakni (1) mengenai darimana kita mendapat gagasan-gagasan kita? (2) apakah kita dapat mempercayai apa yang telah dikatakan indera-indera kita?
Menurut Locke, semua pikiran dan gagasan kita berasal dari sesuatu yang telah kita dapatkan melalui indera. Sebelum kita merasakan sesuatu, pikiran kita merupakan tabula rasa atau merupakan kertas kosong. Namun, pikiran di sini tidak hanya bersikap pasif menerima informasi dari luar. Beberapa aktivitas berlangsung di dalam pikiran pula. Gagasan-gagasan dari indera tersebut diolah dengan cara berpikir, bernalar, memercayai, dan meragukan.
2. David Hume
David Hume (1711-1776) besar di Edinburgh di Skotlandia. Keluarganya ingin dia mengambil pelajaran hukum. Tetapi, ia merasakan keengganan yang tidak tertahankan terhadap apapun kecuali filsafat dan ilmu pengetahuan.
Karya utama dari Hume adalah sebuah risalah tentang watak manusia berjudul “A Treatise of Human Nature”, yang diterbitkan ketika Hume berusia 20 tahun. Hume berpendapat bahwa manusia mempunyai dua jenis persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Kesan adalah penginderaan langsung atas realitas lahiriah. Sedangkan gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan semacam tersebut.
3. George Berkeley
George Berkeley (1685-1753) merupakan seorang filosof Irlandia. Barkeley menyatakan bahwa benda-benda duniawi itu memang seperti yang kita lihat. Tetapi, kita tidak dapat melihat material/materi. Kita tidak melihat benda-benda sebagai obyek nyata.
Loading...
Teori Empirisme
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata bahasa Yunani emperia yang berarti pengalaman. Pelopor teori ini adalah John Locke (1632-1704). Teori empirisme mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis. Jadi, sejak dilahirkan anak tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya.
Teori empirisme meyakini bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau berdasar pada pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik untuk menjadi apa saja berdasar kehendak lingkungan.
Tokoh aliran empirisme yang terkenal adalah John Locke, seorang filosof Inggris yang lahir di Somerset, Inggris tahun 1632. Teorinya dikenal dengan tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.
Ajaran-ajaran pokok teori empirisme, antara lain:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data pengalaman inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung atau disimpulkan secara tidak langsung dari data pengalaman inderawi.
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita.
Faktor bawaan dari orangtua diabaikan dalam teori ini. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan. Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Berdasar teori ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, dan watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Adapun tokoh-tokoh teori empirisme, antara lain:
1. John Locke
John Locke terkenal setelah membuat esai berjudul “Essay Concerning Human Understanding” yang diterbitkan pada 1690. Ia menjelaskan tentang dua masalah, yakni (1) mengenai darimana kita mendapat gagasan-gagasan kita? (2) apakah kita dapat mempercayai apa yang telah dikatakan indera-indera kita?
Menurut Locke, semua pikiran dan gagasan kita berasal dari sesuatu yang telah kita dapatkan melalui indera. Sebelum kita merasakan sesuatu, pikiran kita merupakan tabula rasa atau merupakan kertas kosong. Namun, pikiran di sini tidak hanya bersikap pasif menerima informasi dari luar. Beberapa aktivitas berlangsung di dalam pikiran pula. Gagasan-gagasan dari indera tersebut diolah dengan cara berpikir, bernalar, memercayai, dan meragukan.
2. David Hume
David Hume (1711-1776) besar di Edinburgh di Skotlandia. Keluarganya ingin dia mengambil pelajaran hukum. Tetapi, ia merasakan keengganan yang tidak tertahankan terhadap apapun kecuali filsafat dan ilmu pengetahuan.
Karya utama dari Hume adalah sebuah risalah tentang watak manusia berjudul “A Treatise of Human Nature”, yang diterbitkan ketika Hume berusia 20 tahun. Hume berpendapat bahwa manusia mempunyai dua jenis persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Kesan adalah penginderaan langsung atas realitas lahiriah. Sedangkan gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan semacam tersebut.
3. George Berkeley
George Berkeley (1685-1753) merupakan seorang filosof Irlandia. Barkeley menyatakan bahwa benda-benda duniawi itu memang seperti yang kita lihat. Tetapi, kita tidak dapat melihat material/materi. Kita tidak melihat benda-benda sebagai obyek nyata.
Demikianlah Artikel Teori Empirisme
Sekianlah artikel Teori Empirisme kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Teori Empirisme dengan alamat link https://gurupintarmengajar.blogspot.com/2018/08/teori-empirisme.html
0 Response to "Teori Empirisme"
Post a Comment