Loading...
Judul : Pendekatan Literasi Sains
link : Pendekatan Literasi Sains
Pendekatan Literasi Sains
Pendekatan Literasi Sains
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas ekonomi (Turiman, Omar, dkk., 2011). Hal senada dikemukakan oleh Gbamanja (dalam Arokoyu, 2012) yang mendefinisikan literassi sains sebagai pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa dan kejadian di lingkungan.
Konsep literasi tidak hanya terkait dengan kemampuan membaca dan menulis, namun bagaimana kita menerapkan kemampuan dalam memahami prinsip-prinsip, proses-proses mendasar, dan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Arokoyu (2012) menjelaskan bahwa literasi sains adalah salah satu dari sejumlah jenis keaksaran seperti kemampuan membaca dan menulis, literasi numerik dan literasi digital. Menurut Performance of International Student Assesment (PISA) (dalam Bybee, 2008) literasi sains dapat dicirikan terdiri atas tiga aspek yang akan diperoleh, yakni: (1) menyadari situasi kehidupan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) memahami dunia alam, termasuk teknologi, atas dasar pengetahuan ilmiah yang meliputi pengetahuan tentang alam dan pengetahuan tentang ilmu itu sendiri, (3) kompetensi mencakup mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah sebagai dasar argumen mengambil kesimpulan dan keputusan.
Literasi sains adalah keterampilan yang penting dan dibutuhkan dalam era digital saat ini. Pentingnya literasi sains karena permasalahan berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi. Selain itu, literasi sains memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan pribadi dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka.
Menurut Kimaru (2015) pendidik mengembangkan keterampilan literasi sains siswa untuk meningkatkan (1) pengetahuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan alam, (2) kosakata lisan dan tertulis yang diperlukan untuk memahami dan berkomunikasi ilmu pengetahuan, dan (3) hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat. Dengan demikian, melalui penerapan literasi sains dalam pembelajaran diharapkan siswa akan memiliki kemampuan-kemampuan, yakni (1) memiliki kemampuan dalam hal pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk partisipasi dalam masyarakat era digital, (2) kemampuan mencari, atau menentukan jawaban pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pemahaman sehari-hari, (3) memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena, (4) kemampuan membaca dengan memahami artikel tentang ilmu pengetahuan dan terlibat dalam percakapan sosial, (5) dapat mengidentifikasi isu-isu ilmiah yang mendasari keputusan ilmiah dan teknologi informasi, (6) kemampuan mengevaluasi informasi ilmiah atas dasar sumber dan metode yang digunakan, dan (7) memiliki kapasitas mengevaluasi argumen berdasarkan bukti dan menarik kesimpulan dari argumen tersebut.
Literasi sains dalam pengukurannya terdiri atas tiga (3) dimensi, yaitu konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Hal ini dapat membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dari berbagai ilmu baik konsep-konsep fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan antariksa. Pada proses sains merujuk pada proses mental yang melibatkan suatu jawaban dari pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan mengintepretasikan bukti serta menerangkan kesimpulan. Kemampuan yang diuji dalam proses sains, meliputi (1) mengenali pertanyaan ilmiah, (2) mengidentifikasi bukti, (3) menarik kesimpulan, (4) mengomunikasikan kesimpulan, dan (5) pemahaman konsep ilmiah. Konteks aplikasi sains lebih menekankan pada kehidupan sehari-hari, serta mengaplikasikan sains dalam pemecahan masalah nyata seperti bidang kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan serta teknologi.
Menurut Rustaman (2011) literasi sains dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu: (1) fungsional literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan konsep dalam kehidupan sehari-hari terutama berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia, seperti pangan, kesehatan, dan perlindungan, (2) civic literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara bijak dalam bidang sosial mengenai isu bidang sains dan teknologi, serta (3) cultural literacy yang mencakup usaha ilmiah dan persepsi bahwa sains merupakan aktivitas intelektual yang utama.
Penilaian literasi sains harus memperhatikan sejumlah hal, antara lain penilaian literasi sains siswa tidak ditujukan untuk membedakan seseorang literat atau tidak dan pencapaian literasi sains harus kontinyu. Adapun dalam penilaian literasi sains, bentuk-bentuk soal sedikit berbeda karena memiliki karakteristik soal sebagai berikut:
1. Soal-soal mengandung konsep yang lebih luas karena tidak hanya terkait dengan konsep-konsep dalam kurikulum.
2. Soal-soal harus memuat informasi atau data dalam berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawab.
3. Soal-soal literasi sains harus membuat siswa dapat mengolah informasi dalam soal.
4. Soal-soal dibuat beberapa variasi bentuk soal, seperti pilihan ganda, essay, isian, dan sebagainya.
5. Soal harus mencakup konteks aplikasi literasi sains.
Referensi
Arokoyu, A. T. (2012). Improving Scientific Literacy among Secondary School Students through Integration of Information and Communication Technology. Journal of Science and Technology, 2(15).
Bybee (2008). Scientific Literacy, Environmental Issues. United States: Springer Science Business Media.
Kimaru, H. I. (2015). Perspectives on Science Literacy. United States and Kenya: Chemistry Faculty Publications.
Turiman, P., Omar, J., dkk. (2012). Fostering the 21st Century Skills through Scientific Literacy and Science Process Skills. Procedia Social and Behavioral Sciences, 59, hlm. 110-116.
Rustaman (2011). Materi dan Pembelajaran IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.
Loading...
Pendekatan Literasi Sains
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas ekonomi (Turiman, Omar, dkk., 2011). Hal senada dikemukakan oleh Gbamanja (dalam Arokoyu, 2012) yang mendefinisikan literassi sains sebagai pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa dan kejadian di lingkungan.
Konsep literasi tidak hanya terkait dengan kemampuan membaca dan menulis, namun bagaimana kita menerapkan kemampuan dalam memahami prinsip-prinsip, proses-proses mendasar, dan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Arokoyu (2012) menjelaskan bahwa literasi sains adalah salah satu dari sejumlah jenis keaksaran seperti kemampuan membaca dan menulis, literasi numerik dan literasi digital. Menurut Performance of International Student Assesment (PISA) (dalam Bybee, 2008) literasi sains dapat dicirikan terdiri atas tiga aspek yang akan diperoleh, yakni: (1) menyadari situasi kehidupan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) memahami dunia alam, termasuk teknologi, atas dasar pengetahuan ilmiah yang meliputi pengetahuan tentang alam dan pengetahuan tentang ilmu itu sendiri, (3) kompetensi mencakup mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah sebagai dasar argumen mengambil kesimpulan dan keputusan.
Literasi sains adalah keterampilan yang penting dan dibutuhkan dalam era digital saat ini. Pentingnya literasi sains karena permasalahan berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi. Selain itu, literasi sains memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan pribadi dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka.
Menurut Kimaru (2015) pendidik mengembangkan keterampilan literasi sains siswa untuk meningkatkan (1) pengetahuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan alam, (2) kosakata lisan dan tertulis yang diperlukan untuk memahami dan berkomunikasi ilmu pengetahuan, dan (3) hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat. Dengan demikian, melalui penerapan literasi sains dalam pembelajaran diharapkan siswa akan memiliki kemampuan-kemampuan, yakni (1) memiliki kemampuan dalam hal pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk partisipasi dalam masyarakat era digital, (2) kemampuan mencari, atau menentukan jawaban pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pemahaman sehari-hari, (3) memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena, (4) kemampuan membaca dengan memahami artikel tentang ilmu pengetahuan dan terlibat dalam percakapan sosial, (5) dapat mengidentifikasi isu-isu ilmiah yang mendasari keputusan ilmiah dan teknologi informasi, (6) kemampuan mengevaluasi informasi ilmiah atas dasar sumber dan metode yang digunakan, dan (7) memiliki kapasitas mengevaluasi argumen berdasarkan bukti dan menarik kesimpulan dari argumen tersebut.
Literasi sains dalam pengukurannya terdiri atas tiga (3) dimensi, yaitu konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Hal ini dapat membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dari berbagai ilmu baik konsep-konsep fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan antariksa. Pada proses sains merujuk pada proses mental yang melibatkan suatu jawaban dari pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan mengintepretasikan bukti serta menerangkan kesimpulan. Kemampuan yang diuji dalam proses sains, meliputi (1) mengenali pertanyaan ilmiah, (2) mengidentifikasi bukti, (3) menarik kesimpulan, (4) mengomunikasikan kesimpulan, dan (5) pemahaman konsep ilmiah. Konteks aplikasi sains lebih menekankan pada kehidupan sehari-hari, serta mengaplikasikan sains dalam pemecahan masalah nyata seperti bidang kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan serta teknologi.
Menurut Rustaman (2011) literasi sains dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu: (1) fungsional literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan konsep dalam kehidupan sehari-hari terutama berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia, seperti pangan, kesehatan, dan perlindungan, (2) civic literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara bijak dalam bidang sosial mengenai isu bidang sains dan teknologi, serta (3) cultural literacy yang mencakup usaha ilmiah dan persepsi bahwa sains merupakan aktivitas intelektual yang utama.
Penilaian literasi sains harus memperhatikan sejumlah hal, antara lain penilaian literasi sains siswa tidak ditujukan untuk membedakan seseorang literat atau tidak dan pencapaian literasi sains harus kontinyu. Adapun dalam penilaian literasi sains, bentuk-bentuk soal sedikit berbeda karena memiliki karakteristik soal sebagai berikut:
1. Soal-soal mengandung konsep yang lebih luas karena tidak hanya terkait dengan konsep-konsep dalam kurikulum.
2. Soal-soal harus memuat informasi atau data dalam berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawab.
3. Soal-soal literasi sains harus membuat siswa dapat mengolah informasi dalam soal.
4. Soal-soal dibuat beberapa variasi bentuk soal, seperti pilihan ganda, essay, isian, dan sebagainya.
5. Soal harus mencakup konteks aplikasi literasi sains.
Referensi
Arokoyu, A. T. (2012). Improving Scientific Literacy among Secondary School Students through Integration of Information and Communication Technology. Journal of Science and Technology, 2(15).
Bybee (2008). Scientific Literacy, Environmental Issues. United States: Springer Science Business Media.
Kimaru, H. I. (2015). Perspectives on Science Literacy. United States and Kenya: Chemistry Faculty Publications.
Turiman, P., Omar, J., dkk. (2012). Fostering the 21st Century Skills through Scientific Literacy and Science Process Skills. Procedia Social and Behavioral Sciences, 59, hlm. 110-116.
Rustaman (2011). Materi dan Pembelajaran IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.
Demikianlah Artikel Pendekatan Literasi Sains
Sekianlah artikel Pendekatan Literasi Sains kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pendekatan Literasi Sains dengan alamat link https://gurupintarmengajar.blogspot.com/2018/03/pendekatan-literasi-sains.html
0 Response to "Pendekatan Literasi Sains"
Post a Comment